[Book Review] Ada Apa Dengan Cinta? – Silvarani

  • Judul Buku: Ada Apa Dengan Cinta?
  • Penulis: Silvarani
  • Penerbit: Gramedia Media Utama
  • Cetakan: I, 2016
  • Tebal: 192 hlm.
  • Harga : Rp 40.000 bukabuku.com
  • My Rate : 4/5
Apa lagi yang kurang dalam hidup Cinta? Ia punya keluarga yang bahagia, popularitas di sekolah, banyak pengagum, dan yang paling penting, ia punya sahabat-sahabatnya. Alya, Maura, Milly dan Karmen membuat hari-harinya selalu berwarna. Mereka adalah pusat dunia Cinta.

Sampai suatu hari, ia berkenalan dengan Rangga, cowok jutek dan penyendiri yang lebih suka berteman dengan buku daripada manusia. Ternyata mereka sama-sama menyukai puisi, minat yang tak bisa Cinta bagi dengan keempat sahabatnya. Dan perlahan hal itu membawa perubahan pada dirinya, membuat orang-orang di sekitarnya bertanya-tanya, ada apa dengan Cinta?

Ketika Cinta sendiri pun ikut mempertanyakan dirinya dan persahabatnya menjadi taruhan, apa yang sebaiknya ia lakukan?



Rasanya senang sekali saat menerima bingkisan coklat berisi novel Ada Apa Dengan Cinta? ini. Akhirnya setelah 14 tahun lebih aku bisa menikmati kembali kisah Rangga dan Cinta melalui tulisan Mbak Silvarani. Terima kasih buat Mbak Kiky Ky's Books Journal yang telah memberikan kesempatan buat membaca dan mereview novel ini. Terima kasih juga buat Mbak Silvarani yang sudah mengirim dan menandatangani novelnya (^o^)

Pecahkan saja gelasnya biar ramai! 
 Biar mengaduh sampai gaduh! —hlm. 34

Siapa sih yang nggak tahu kalimat tersebut? Salah satu bait puisi Rangga yang mengantarkannya pada pertemuan dengan Cinta—cewek paling populer di sekolahnya—yang tahu keeksisan dirinya saja tidak. (Eh, tapi Rangga kan juga nggak peduli ada murid yang kenal dia atau tidak sih, yang penting bagi Rangga kan ia bisa membaca buku dengan tenang dan tanpa gangguan di ruang dinas Pak Wardiman)

Sejak pertemuan mereka yang jauh dari kata menyenangkan di Perpustakaan, keberadaan Cinta dan Rangga mulai mengusik ketenangan pikiran masing-masing. Terutama pikiran Cinta, karena penggunaan sudut pandang orang ketiga yang serba tahu digunakan lebih banyak untuk menyoroti keseharian Cinta dan kegalauan apa saja yang terjadi pada dirinya. Walaupun porsi cerita Cinta yang paling besar, sudut pandang orang ketiganya juga tetap digunakan dengan baik dengan penambahan konflik yang terjadi pada para sahabat Cinta—yang tentu saja menambah cita rasa dalam novelnya sendiri.

Untuk penggambaran latar tempat dan suasana benar-benar dideskripsikan dengan baik, dan membuatku menggali kembali ingatan-ingatan yang sebagian besar telah kabur saat menonton filmnya dulu. (maklumlah... pertama kali nonton dulu saat kelas 5 atau 6 SD—itu pun nonton karena ikut-ikutan kakak sepupu yang kebetulan menyewa VCD-nya—jadi tentu saja banyak adegan yang terlupa. lagi pula saat nonton dulu juga nggak ngerti AADC? itu film tentang apa XD) Membaca novel AADC? ini benar-benar membuatku bernostalgia.

Oh ya, walaupun deskripsinya sangat baik aku menemukan beberapa typo dan kejanggalan waktu dan adegan, antara lain:
  • Halaman 9 kata "menurukan" seharusnya "menurunkan"
  • Halaman 90 kata "terlalu" seharusnya "terlalu jauh"
  • Halaman 52 saat Cinta menunggu kedatangan Borne buat nonton film dan mendapat telepon dari Alya, waktu menunjukkan pukul 6. Tapi di halaman. 54 waktu pemutaran film yang akan ditonton justru jam tayangnya masih pukul 3.
  • Halaman 62 ada adegan dimana Maura membuka kaca jendela mobil Milly saat memanggil Cinta dari luar. Eh di halaman 53 Maura juga masih menurunkan kaca jendela
Awalnya sih aku tidak terlalu memperhatikan, tapi saat membaca ulang (Iya... saya udah baca ulang untuk kedua kalinya novel ini. Sebenarnya udah hampir selesai baca beberapa minggu lalu. Tapi gara-gara diselingi libur panjang kemarin yang justru aku habiskan dengan nonton maraton K-drama sama sepupu, akhirnya malah lupa mau nulis apa di review. haha) bikin mikir "eh, kok gini adegannya?!". Meskipun demikian, nggak terlalu ganggu kok sebenarnya. Nyatanya saat pertama kali baca aku juga nggak begitu perhatiin.
"Masalah salah satu di antara kita, berarti masalah kita semua." —hlm. 17

Selain para tokoh utamanya, tokoh-tokoh pembantu dalam AADC? juga sulit dilupakan. Ada Alya yang lembut, paling bijak dan dewasa di antara sahabat-sahabatnya, Karmen si pecinta basket yang kadang sifat premannya sering muncul kalau ada orang yang mengusik sahabat-sahabatnya, Maura si cantik tapi tukang nyablak dan Milly si lemot yang justru jadi pencair suasana tegang. Meskipun cara berpikirnya lambat, Milly justru jadi pemimpin alias sopir saat mereka berpergian. (dan Milly ini karakter favoritku XD) Selain para sahabat Cinta, karakter Mamet, Borne, Pak Wardiman dan masih banyak lagi membuat kisah Cinta dan Rangga makin berwarna.

Tentu saja Mbak Silvarani berhasil mendiskripsikan ulang para tokoh di film Ada Apa Dengan Cinta? ini dengan baik. Dan yang paling bikin gregetan kalau baca adegannya Rangga—yang kata Cinta nggak peka banget—yang sering ngeselin tapi nggak bisa juga buat nggak jatuh sama pesona dia. Duh!

Alurnya sendiri aku rasa sudah digambarkan dengan pas. Mungkin memang ada penambahan atau pengurangan adegan dari filmnya sendiri, tapi tetap tidak akan mengganggu jalannya cerita kok.

Secara keseluruhan novel ini sangat direkomendasikan bagi siapa pun yang ingin mengingat kembali kisah Rangga dan Cinta. Apalagi yang mau menonton film Ada Apa Dengan Cinta 2, wajib banget buat membaca novelnya terlebih dulu sebelum menontonnya.

Related Posts

Posting Komentar