- Judul : Jodoh untuk Naina
- Penulis : Nima Mumtaz
- Penyunting : Pradita Seti Rahayu
- Desain Cover : Muninbaca. Herdianing
- Penerbit : Elex Media Komputindo
- Tebal : 254 hlm
- Terbit : 2015
- Genre : Le Marriage
- Rating : 3/5 🌟
- Tersedia di bukabuku.com
Tapi, kenapa Abah pilih dia?
Dia yang punya masa lalu kelam.
Dia yang pernah diarak keliling kampung karena berzina.
Dia yang tidak sempurna.
Mengapa Abah begitu yakin dia mampu
menjadi imam Naina?
Bagaimana Naina harus menjalani kehidupan rumah
tangga bersama pria yang tidak dia sukai, bahkan
sebelum akad nikah?
Apakah dia adalah jodoh untuk Naina?
Aku memang selalu punya pilihan, tapi aku juga memilih untuk membahagiakan Abah, apa pun yang terjadi. [hlm. 22]
Tiba-tiba saja Abah memilihkan jodoh untuk Naina. Padahal umur Naina masih 22 tahun, dan sejujurnya ia masih ingin bekerja sebagai guru TK serta berbakti pada orang tua satu-satunya.Tapi demi kebahagiaan Abah, Naina pun ikhlas menerima pernikahan yang telah ditentukan tersebut.
Selama sebulan persiapan pernikahan, Naina belum pernah bertemu dengan orang yang akan menjadi calon suaminya. Interaksi pertama yang ia lakukan dengan Rizal hanyalah melalui sebuah telepon sehari sebelum pelaksanaan ijab kabul berlangsung, ketika Rizal menanyakan kebersediaan Naina untuk menikah dengannya.
Ragu sempat menelusup di hati Naina, mengingat 10 tahun yang lalu tersiar kabar bahwa Rizal pernah berbuat hal yang tidak pantas—yang membuat ia dan keluarganya terpaksa pindah ke Surabaya karena menanggung malu yang begitu besar. Bisakah Naina ikhlas menerima segala perbuatan buruk Rizal di masa lalu?
Kemudian ketika rumah tangga Naina sudah berjalan dengan lebih baik, masih bisakah Naina bertahan di sisi Rizal saat masa lalu Rizal datang kembali dan meminta pertanggungjawabannya?
"... Namanya jodoh itu kan rahasia Allah, mau bagaimana pun cara datangnya. Kalau sudah waktunya, Insya Allah itu sudah yang terbaik. Kita tinggal mendoakan saja agar menjadi rumah tangga yang sakinah, mawadah dan penuh berkah." [hlm. 175]
Jodoh untuk Naina adalah karya ketiga dari penulis sekaligus karya pertama dari Kak Nima yang aku baca. Sudah sejak lama penasaran dan pengen baca novel ini. Dan pas tahu ada di iJak langsung excited banget. Tapi pas mau baca harus antri sampai berbulan-bulan karena saking larisnya buku ini. Untung lumayan rajin buka link bukunya, dan saat itu bisa beruntung buat pinjam walaupun belum sampai jatah pinjamku.
Dibandingkan dua karya sebelumnya, novel Jodoh untuk Naina sendiri terlihat lebih matang dalam penulisannya. Temanya pun jauh berbeda dari pendahulunya. Unsur religinya sudah begitu terasa di awal cerita.
Penggunaan sudut pandang orang pertama membuat pembaca lebih tahu apa yang Naina rasakan; kecemasan tentang calon suami, keraguan tentang masa lalu Rizal, hingga ketika akhirnya rasa cinta mulai tumbuh di hatinya.
Alurnya yang terasa pas membuatku tanpa sadar telah menyelesaikannya dalam waktu yang cukup singkat. Novel ini sangat cocok dibaca untuk orang yang mau nikah ataupun yang sudah maupun yang baru menikah. Banyak pelajaran yang bisa diambil dari kisah Naina dan Rizal.
Dibandingkan dua karya sebelumnya, novel Jodoh untuk Naina sendiri terlihat lebih matang dalam penulisannya. Temanya pun jauh berbeda dari pendahulunya. Unsur religinya sudah begitu terasa di awal cerita.
Penggunaan sudut pandang orang pertama membuat pembaca lebih tahu apa yang Naina rasakan; kecemasan tentang calon suami, keraguan tentang masa lalu Rizal, hingga ketika akhirnya rasa cinta mulai tumbuh di hatinya.
Alurnya yang terasa pas membuatku tanpa sadar telah menyelesaikannya dalam waktu yang cukup singkat. Novel ini sangat cocok dibaca untuk orang yang mau nikah ataupun yang sudah maupun yang baru menikah. Banyak pelajaran yang bisa diambil dari kisah Naina dan Rizal.
Dia yang mengajariku bahwa keseimbangan antara hubungan makhluk dengan Tuhannya sama pentingnya dengan hubungan kepada sesama manusia. [hlm. 64]
"Nai, kamu kan tahu, kalau pernikahan itu penyatuan dua hal yang berbeda. Bukan hanya sifat, tapi juga kebiasaan dan banyak hal lainnya. Apalagi dalam kasusmu, kalian sama sekali belum kenal dekat. Kalau menurutku sih, memang lebih baik kalau kalian segera beradaptasi. Langkah pertama, ya dengan segera hidup terpisah dari Abah. Tiap rumah tangga itu kan pasti punya aturan sendiri-sendiri. Kalau diibaratin, rumah tangga itu seperti kapal, hanya ada satu nahkoda dalam kapal itu..." [hlm. 33]
Tetap ada toleransi dalam segala hal, namun ada batasan-batasan yang harus dihormati... [hlm. 34]
Terimakasih banyak untuk reviewnya :D
BalasHapussama-sama kak ^^
Hapus