Resensi The Invasion of The Tearling

“Tapi meskipun kau menginginkan kehidupan biasa, kau takkan bisa memilikinya. Kau Ratu Tearling. Ada beberapa hal yang tak bisa kau pilih.




Sejak Kelsea menolak mengirim budak untuk syarat perdamaian antara Tearling dan Mortmesne, Ratu Merah mulai menyiapkan pasukannya untuk menyerang kerajaan Kelsea. Pemberontakan para penduduk Mortmesne karena berkurangnya jumlah budak pun membuat Ratu Merah mempercepat penyerangan terhadap Tearling. Akibatnya, Kelsea harus memutar otak demi menyelamatkan para penduduk juga kerajaannya.

Jika terpaksa berperang pun pasukan Tearling tak mungkin menang melawan pasukan Mortmesne baik dari segi jumlah maupun senjata. Karena itu Kelsea harus memikirkan segala cara agar bisa bernegosiasi dengan Ratu Merah. Tapi di tengah masalah genting yang harus dihadapinya, Kelsea justru ditarik pada kehidupan seorang wanita rumah tangga bernama Lily Mayhem yang hidup tiga abad sebelum Kelsea. 

Lily hidup di masa pra penyeberangan di Amerika, menjadi istri dari seorang pria yang selalu mengontrol hidupnya. Lily tak tahan dengan kehidupan rumah tangganya tapi tak bisa berbuat banyak untuk membebaskan dirinya dari cengkeraman sang suami. Hingga suatu hari, dia bertekad untuk menolong seorang pemberontak bernama Dorian Rice yang sedikit banyak mengingatkannya pada adiknya. Dan sejak menyelamatkan Dori, hidup Lily tak lagi sama. 

Kelsea suka bertanya-tanya ada hubungan apa dirinya dengan Lily. Mengapa dia selalu ditarik pada kehidupan Lily—menempati benak Lily. Kelsea ingin sekali berhenti menjadi Lily, tapi tak tahu bagaimana caranya. Dan semakin sering dia mengalami trans, paras Kelsea semakin mirip dengan Lily, membuat para pengawal Ratu menyebutnya sebagai penyihir di belakang punggungnya. 

Di sisi lain, bantuan yang diharapkan datang dari Cadare—kerajaan yang juga harus mengirim upeti kepada Mortmesne seperti Tearling—memiliki syarat yang enggan diterima Kelsea. Satu-satunya cara adalah bekerja sama dengan Row Finn—iblis yang sebelumnya sekutu Ratu Merah—dengan syarat yang mungkin akan disesali oleh Kelsea nantinya. Tapi jika itu bisa mengamankan Tearling dan penduduknya selama beberapa waktu, dia rela mengambil resiko tersebut.


Amarah memengaruhi pertimbangan, menyebabkan diambilnya keputusan-keputusan buruk. Amarah adalah kekonyolan anak kecil, bukan seorang ratu.

Buku ini merupakan seri kedua dari The Queen of The Tearling. Di sini, misteri yang ada di buku pertama sedikit demi sedikit mulai terbuka—tentang dimana letak London Baru berada, pada era apa Kelsea hidup, dan yang paling utama adalah apa itu "penyeberangan" yang sebenarnya. 

Jujur saja, aku lebih menyukai seri pertamanya. Di buku kedua ini suasananya terasa lebih "gelap" dengan adanya adegan-adegan semi vulgar, bobroknya moral para masyarakat di Dunia Baru, dan adanya hal-hal mistik yang diselipkan dalam cerita. Selain itu sosok Kelsea yang berubah menjadi egois dan kejam di sini jadi membuatku kurang bersimpati padanya sekalipun dia menjadi lebih dewasa saat mengambil keputusan. 

Sebenarnya aku sedikit kecewa dengan buku kedua ini karena aku menantikan tindakan apa yang akan dilakukan Kelsea menghadapi situasi gawat yang tentunya mustahil dia atasi. Tapi alih-alih dieksekusi secara lebih realistis, penyelesaiannya justru melibatkan unsur-unsur magis yang dimiliki Kelsea yang membuat musuhnya yaitu Ratu Merah jadi terlihat tidak begitu berbahaya. 

Salah satu hal yang aku suka di buku kedua ini adalah hubungan asmara Kelsea yang akhirnya lebih dibahas. Akhirnya Kelsea punya pacar!! 😂 Yah walaupun dia tidak bisa memamerkannya pada orang lain karena situasi yang sedang dia hadapi. 

Overall sih aku cukup suka buku kedua seri The Queen of The Tearling ini. Plotnya tetap bikin penasaran tentang akhir nasib Kelsea dan kerajaannya. 

"... Tetaplah baca buku sungguhan; lebih sulit diubah setelah diterbitkan. Dalam dunia yang lebih baik, tak akan ada barang elektronik sama sekali.”

×××

Judul : The Invasion of The Tearling
Penulis : Erika Johansen
Penerjemah : Angelic Zaizai
Penyunting : Dyah Agustin
Proofreader : Emi Kusmiati 
Desain Sampul : Windu Tampan 
Penerbit : Mizan Fantasi 
Terbit : Juli 2016
Tebal : 592 hlm. 

Posting Komentar

Hai, terimakasih telah berkunjung. Silakan berkomentar yang sopan.