Butuh seumur hidup untuk merencanakan dan menata hidup, dan hanya sedetik pilihan yang salah bisa meruntuhkan semuanya.
Siapa yang tak tahu film Dua Garis Biru? Film ini menduduki 10 besar box office Indonesia di tahun 2019 ini dengan jumlah penonton lebih dari 2 juta. Dan karena antusiasme yang tinggi terhadap filmnya, film tersebut akhirnya diadaptasi menjadi sebuah novel.
Dua Garis Biru bercerita tentang kisah sepasang kekasih SMA, Dara dan Bima, yang mempunyai sifat bertolak belakang banget. Dara, seorang gadis yang cantik, pintar dan kaya, yang telah merencanakan akan kemana dan menjadi apa kelak setelah lulus SMA. Tipikal siswi teladan yang menjadi kesayangan guru-guru di sekolahnya.
Sedangkan Bima adalah seorang siswa begajulan yang sering bercanda di dalam kelas dan mendapat nilai jelek di bidang akademik, yang tak tahu mau apa setelah lulus SMA, karena perekonomian keluarganya yang pas-pasang.
Sepintas, tidak akan ada yang menyangka jika keduanya berhubungan karena sifat mereka yang bertolak belakang. Tetapi perbedaan itu justru membuat mereka menciptakan dunia mereka sendiri yang penuh mimpi—yang bisa membuat mereka nyaman dan bahagia.
Namun karena kenyamanan tersebut akhirnya membuat mereka melanggar batas. Suatu hari, mereka tanpa sengaja melakukan sebuah kesalahan dan berujung pada kehamilan Dara. Setelah Dara hamil, hidup mereka berubah 180 derajat.
Di usia ke-17, mereka harus memilih untuk memperjuangkan masa depan atau kehidupan yang tiba-tiba hadir di antara mereka. Karena keputusan tersebut akan mengubah jalan hidup mereka dan orang-orang yang mereka sayangi.
Tapi Dara sadar, kebebasan juga adalah penjara. Setiap pilihan tidak bebas dari konsekuensi.
Menurutku adalah sebuah keputusan yang tepat ketika naskah film Dua Garis Biru diadaptasi menjadi sebuah novel. Karena tidak setiap orang bisa nonton filmnya di bioskop (seperti saya 😁), padahal sudah penasaran banget sama ceritanya sejak pertama kali nonton trailernya.
Untuk sebuah tema tentang hamil muda di luar nikah tapi atas kemauan diri sendiri yang menurutku sudah cukup sering diangkat, konfliknya lumayan seru, yah, walaupun sedikit agak drama di beberapa bagian (maklum, mungkin karena adaptasi dari film). Tapi gaya menulis Kak Lucia dalam menggambarkan ulang adegan di film menurutku sudah mengalir dan luwes, jadi enak banget diikuti. Deskripsinya juga detail dan tidak bikin bosan, jadi tanpa sadar tahu-tahu ceritanya sudah habis begitu saja.
Cerita yang diangkat dalam Dua Garis Biru ini begitu dekat dengan kita, yang artinya bisa saja terjadi di orang-orang di sekitar kita. Dan membaca novel ini sekali lagi mengingatkan kita agar berpikir dulu sebelum bertindak, karena apa yang kita lakukan bisa berdampak besar terhadap banyak hal.
Secara keseluruhan, membaca novel ini cukup memuaskan kekepoanku tentang cerita Bima dan Dara. Novel ini recommends banget untuk dibaca bukan hanya para remaja, tapi juga para orang tua.
×××
Judul : Dua Garis Biru
Penulis : Lucia Priandarini, Gina S. Noer
Desain Sampul : PT Kharisma Star Vision
Penerbit : GPU
Terbit : 11 Juli 2019
Tebal : 208 hlm.
Posting Komentar