"... Luka karena mencintai seseorang, nggak bisa disembuhkan oleh cinta baru. Luka tetap aja luka, yang hanya bisa sembuh oleh waktu dan perjuangan melawan rasa sakit."
Sebagai mahasiswi akhir yang sedang menunggu jadwal wisuda, rasanya tidak etis bagi Inka Naisha jika masih meminta uang kepada orang tuanya. Namun, pekerjaannya sebagai influencer dan lifestyle blogger pun juga sedang sepi. Karena itulah ketika sahabatnya mengajak Inka untuk mendaftar sebagai liaison officer (LO) cabang olahraga anggar pada Pekan Olahraga Nasional (PON), Inka terpaksa menyetujuinya karena keuangannya pun juga sedang morat-marit.
Tak pernah terbayang dalam benak Inka jika dia akan ikut dalam kegiatan olahraga terbesar di Indonesia tersebut. Boro-boro rajin olahraga, bangun pagi saja sering terpaksa kalau bukan karena jadwal kuliah atau pekerjaan. Tapi demi "melarikan diri" dari hobi tidak sehatnya yaitu stalking sang mantan pacar, dia terpaksa terjun dalam kegiatan PON tersebut sekalipun dengan pengetahuan yang nol besar dalam olahraga anggar.
Di pagelaran tersebut Inka bertemu dengan Rey, salah satu atlet anggar yang dia tangani. Rey yang tengil sering menggoda dan merayu Inka dengan gombalan-gombalannya—yang terkadang bikin Inka baper juga. Tapi dibalik sikap tengilnya, ternyata Rey menyimpan rahasia besar yang membuatnya banyak dimusuhi tak hanya sesama atlet tapi juga pelatih anggar.
Saat pelan-pelan Rey mulai terbuka dan hubungannya dengan Inka makin dekat, Faris—mantan pacar yang selalu sukses bikin Inka selama dua tahun ini gagal move on—justru muncul kembali dan menyatakan perasaan yang sebenarnya. Di tengah kehebohan pertandingan anggar, Inka harus memutuskan siapa yang memenangkan hatinya.
"... jangan membuang masa depan lo demi kecemburuan yang menggelapkan mata."
Voice From The Past adalah buku pertama Kak Eva yang aku baca. Temanya yang tentang olahraga anggar (sesuatu yang jarang diangkat) dan dipadukan dengan profesi yang belakangan ini sedang ngetrend yaitu seorang selebgram, langsung membuatku tertarik untuk membacanya.
Ceritanya mengalir. Penggambaran bagaimana suasana saat kegiatan PON berlangsung cukup detail. Kak Eva berhasil menceritakan bagaimana sibuknya Inka selama menjadi LO dan juga drama-dramanya—yang bisa saja terjadi saat pagelaran semacam itu sedang berlangsung. Aku yang sebelumnya nggak tahu apapun tentang LO, jadi lebih paham tentang bagaimana ribetnya dan suka-dukanya selama menjalani pekerjaan ini.
Buku ini menggunakan dua sudut pandang berbeda dalam merangkai kisah Inka, Rey dan Faris. Sebagian besar menggunakan sudut pandang Inka sebagai orang pertama, selebihnya menggunakan sudut pandang orang ketiga yang serba tahu. Penggunaan sudut pandang orang ketiga ini memang jadi lebih bisa untuk memahami bagaimana sebenarnya perasaan para karakter lain, tapi ada beberapa bagian ketika penggunaan sudut pandang ini mendadak berganti jadi bikin aku sedikit bingung, ini tadi pakai sudut pandang siapa.
Aku suka karakter Inka dan Rey di sini, interaksi keduanya asyik dan tak jarang bikin senyum-senyum sendiri saat membacanya. Karena menggunakan sudut pandang Inka, tentunya pembaca akan tahu bagaimana perasaan Inka. Tapi untuk perasaan Rey dan Faris sendiri terasa kurang digali.
Alurnya maju mundur, di sini pembaca akan dibawa menyelami masa lalu Inka dengan Faris. Bagaimana keduanya bisa putus dan kenapa dulu hubungan keduanya tidak berhasil, padahal dilihat dari sifat dan kegemaran mereka berdua, mereka bisa menjadi pasangan yang sempurna.
Salah satu bagian yang aku suka dari buku ini adalah EnsiklopedINKA, yang berisi kumpulan catatan tentang kegiatan yang dilakukan Inka. Di dalamnya juga ada info-info penting tentang olahraga anggar. Dari sini aku baru tahu kalau senjata anggar itu ternyata berbeda-beda. Overall, Voice From The Past merupakan novel YA yang menyenangkan untuk dibaca. Info tentang cabang olahraga anggar juga dijelaskan dengan baik dan asyik.
Buku ini menggunakan dua sudut pandang berbeda dalam merangkai kisah Inka, Rey dan Faris. Sebagian besar menggunakan sudut pandang Inka sebagai orang pertama, selebihnya menggunakan sudut pandang orang ketiga yang serba tahu. Penggunaan sudut pandang orang ketiga ini memang jadi lebih bisa untuk memahami bagaimana sebenarnya perasaan para karakter lain, tapi ada beberapa bagian ketika penggunaan sudut pandang ini mendadak berganti jadi bikin aku sedikit bingung, ini tadi pakai sudut pandang siapa.
Aku suka karakter Inka dan Rey di sini, interaksi keduanya asyik dan tak jarang bikin senyum-senyum sendiri saat membacanya. Karena menggunakan sudut pandang Inka, tentunya pembaca akan tahu bagaimana perasaan Inka. Tapi untuk perasaan Rey dan Faris sendiri terasa kurang digali.
Alurnya maju mundur, di sini pembaca akan dibawa menyelami masa lalu Inka dengan Faris. Bagaimana keduanya bisa putus dan kenapa dulu hubungan keduanya tidak berhasil, padahal dilihat dari sifat dan kegemaran mereka berdua, mereka bisa menjadi pasangan yang sempurna.
Salah satu bagian yang aku suka dari buku ini adalah EnsiklopedINKA, yang berisi kumpulan catatan tentang kegiatan yang dilakukan Inka. Di dalamnya juga ada info-info penting tentang olahraga anggar. Dari sini aku baru tahu kalau senjata anggar itu ternyata berbeda-beda. Overall, Voice From The Past merupakan novel YA yang menyenangkan untuk dibaca. Info tentang cabang olahraga anggar juga dijelaskan dengan baik dan asyik.
×××
Judul : Voice from the Past
Penulis : Eva Sri Rahayu
Penyunting : Christie Putri Wardhani
Desain Sampul : Orkha Creative
Penerbit : GPU
Terbit : September 2019
Tebal : 280 hlm.
Posting Komentar
Posting Komentar