"Dia seperti datang dari balik asap. Sama halnya saat dia pergi. Aku nggak tahu bagaimana dia datang kemari.”
Background image by Pinterest | Edited by Petak Imaji |
Lalu, Ilse tiba-tiba saja menghilang tanpa jejak. Tak ada pesan, tak ada barang pribadinya yang dibawa. Ilse meninggalkan Firas, suaminya, dan Kale, putri mereka satu-satunya yang masih berumur tiga tahun. Firas mati-matian mencari keberadaan Ilse. Segala usaha ia kerahkan untuk menemukan jejak Ilse di tengah gunjingan orang sekitar yang menuduhnya bahwa ia telah membunuh istrinya tersebut.
Ralia pun berusaha membantu dengan mengurus Kale saat Firas melakukan pencarian atau sibuk bekerja. Karena diam-diam Ralia sudah sejak lama menaruh hati pada suami sahabatnya tersebut.
Saat Faris hampir menyerah dengan pencariannya dan hampir menerima perasaan Ralia, Ilse tiba-tiba berdiri di depan pintu rumahnya setelah dua tahun menghilang. Ilse pulang dalam keadaan hilang ingatan, penuh bekas luka dan berkelakuan seperti binatang. Sangat jauh berbeda dengan Ilse yang dulu.
Di sisi lain, Hana dan Saram (seorang polisi) sedang menyelidiki kasus kebakaran di sebuah rumah terpencil dekat air terjun Coban Talun. Terdapat sesosok mayat yang hangus terbakar yang meringkuk di dalam kandang. Penyelidikan membawa mereka pada kasus penculikan para wanita bermasalah yang melibatkan dewa neraka dalam mitologi Yunani.
"Jangan khawatir. Kita semua memang harus punya rahasia. Kalau nggak, hidup kita akan membosankan. Bukan begitu?"
Baca juga:
Satu kata setelah selesai membaca buku ini, Wow! Sejak halaman pertama cerita, aku langsung dibikin penasaran dengan buku ini. Tiap halamannya begitu page turning dan membuatku enggan melepaskannya. Rasa-rasanya Mbak Ruwi memang merupakan salah satu penulis thriller lokal yang karyanya tidak boleh dilewatkan.
Yang menarik dari buku ini adalah keberadaan kartu pos yang berisi curhatan dari Piti untuk R tentang masa lalu mereka. Di sini pembaca diajak untuk menebak-nebak siapa sesungguhnya sosok Piti dan R ini di antara Ilse dan Ralia. Kartu pos ini terdapat petunjuk tentang rahasia antara Ilse dan Ralia, yang membuat mereka jadi saling terikat dan tidak bisa saling melepaskan—juga alasan menghilangnya Ilse selama dua tahun. Di sini penulis rupanya cukup berhasil mengecohku tentang sosok mereka sesungguhnya.
Membaca Belenggu Ilse ini sedikit mengingatkanku dengan cerita dalam Carmine yang sama-sama memiliki dua tokoh wanita dengan karakter 'kuat' dan sulit dibedakan perannya, karena masing-masing memiliki porsi yang seimbang dalam cerita.
Di sini penulis menggunakan dua sudut pandang berbeda, sebagian besar menggunakan sudut pandang orang ketiga, dan untuk Ilse menggunakan sudut pandang orang pertama. Penggunaan sudut pandang ini aku rasa cukup tepat karena pembaca jadi lebih memahami gejolak yang terjadi pada Ilse, bagaimana frustrasinya ia karena ingatannya yang hilang sebelum menghilang selama dua tahun, dan penyebab kelakuannya yang sekarang mirip binatang.
Plotnya sendiri rapi, namun sayangnya penulis seakan terburu-buru untuk segera menyelesaikan konflik mendekati akhir cerita. Sosok pelaku yang menjadi dalang menghilangnya Ilse terkesan biasa saja. Padahal aku sedikit berharap adanya plot twist di akhir cerita. Tapi membaca bab 66 cukup meninggalkan pertanyaan buatku, seperti ada sesuatu yang terlewat. Hehe... mungkin lain kali aku akan membacanya ulang.
Oh ya, tentang obat yang yang disebutkan di akhir cerita cukup bikin penasaran juga, dan membuatku browsing untuk mengetahui efek pastinya (kalau beneran ada aku juga mau). Tapi ternyata tidak terlalu sesuai dengan yang ada dalam cerita.
Secara keseluruhan, Belenggu Ilse merupakan salah satu novel terbaik penulis yang aku baca. Misterinya terasa begitu kental bahkan sejak awal cerita.
Secara keseluruhan, Belenggu Ilse merupakan salah satu novel terbaik penulis yang aku baca. Misterinya terasa begitu kental bahkan sejak awal cerita.
Setiap rumah adalah penjara bagi mereka, dan mereka menyukai penjara itu.
Merpati adalah binatang yang setia. Dia tidak pernah salah mengenali pasangannya. Tapi ketika kita terlalu setia, kadang kita akan berubah menjadi orang tolol.
"Selalu ada hal yang indah dalam segala hal yang terburuk."
"Beberapa orang nggak menyadari dirinya bajingan bahkan saat tertangkap. Mereka selalu percaya bahwa apa yang dilakukannya adalah kebenaran. Kamu nggak bisa mengubah kebenaran mereka, karena kebenaran kita dengan mereka berbeda."
"Lelucon bahkan lebih kejam dari hukum hanya jika kamu menertawakan orang yang salah."
×××
Judul : Belenggu Ilse
Penulis : Ruwi Meita
Penyunting : Dion Rahman
Penata Letak : Divia Permatasari
Desain Sampul : sukutangan
Penerbit : Elex Media Komputindo
Terbit : Desember 2019
Tebal : 319 hlm.
Saya juga sudah membaca novel ini dan bener-bener memikat walau rada kepanjangan. Saya kayaknya pas baca itu nggak sabaran pengen tahu siapa pelakunya. Sebab bingung banget menebaknya.
BalasHapusNama karakternya cowoknya kayaknya Firas deh, bukan Faris. Setau saya begitu. hehe
oh, iya. kurang fokus sepertinya pas nulis. hehe, terima kasih koreksinya.
Hapus