Jika dan hanya jika yang bermetamorfosis menjadi kalimat penyesalan yang sesungguhnya hanya memburuk keadaan.
Background image by freepik | Edited by Petak Imaji |
Sudah hampir empat tahun Celoisa dan Deas mengharapkan kehadiran seorang anak dalam kehidupan rumah tangga mereka. Pertanyaan "kapan hamil?" sudah seringkali mereka dapatkan dan dijawab hanya dengan senyuman. Sampai 45 bulan kemudian sejak mereka menikah, akhirnya Celoisa hamil. Loi pun menyebut janin yang ada di perutnya sebagai "ikan kecil" yang berenang dalam kolam perutnya.
Namun kebahagiaan Loi ketika akhirnya memiliki ikan kecil tak berlangsung lama. Selama hamil ia sering mengalami pendarahan dan mengharuskannya bedrest. Bahkan, si ikan kecil pun terlahir prematur.
Ikan kecil yang diberi nama Oleiro pun mulai tumbuh perlahan di luar kolamnya. Namun seiring berjalannya waktu, Loi dan Deas merasa ada yang berbeda dari perkembangan anak mereka. Olei sulit sekali diajak berinteraksi, seolah bayi itu hidup dalam dunianya sendiri.
Loi dan Deas pun memutuskan untuk menjalankan serangkaian tes pada Olei. Dan ketika hasilnya keluar, Olei divonis mengidap spektrum autisme.
Vonis tersebut mengguncang Loi. Ia jadi sering diterjang rasa bersalah dan penyangkalan setiap melihat atau berdekatan dengan Olei. Loi merasa apa yang dialami Olei akibat dirinya yang tidak bisa menjaga diri saat hamil dulu. Deas pun berusaha merawat Olei sendiri di tengah pengabaian Loi kepada anak mereka, sekaligus pelan-pelan mengajarkan Loi untuk menerima keadaan Olei dan kembali menyayanginya.
"... jangan lupa kalau seorang anak nggak pernah meminta untuk dilahirkan, tapi orang tua yang sering meminta Tuhan biar bisa punya anak. Kalau Olei nggak pernah protes sudah dilahirkan dengan keadaan seperti itu, nggak pernah protes punya ibu yang belum bisa menerima dia, Kenapa kamu enggak mau berusaha terima dia? "
Ikan Kecil merupakan buku pertama penulis yang aku baca. Pertama kali tertarik dengan buku ini karena ada embel-embel metropop pada judulnya di Gramedia Digital (yap, lagi-lagi baca buat ngisi kategori Fiksimetropop Reading Challenge yang masih bolong). Dan setelah selesai baca, agak ragu juga sih... buku ini masuk metropop atau nggak. Sebab sampulnya sendiri tidak ada label metropopnya.
Awal cerita Ikan Kecil ini menurutku sedikit membosankan, dengan segala konflik yang Celoisa alami selama hamil terasa biasa saja. Cerita baru mulai benar-benar menarik bagiku saat Oleiro lahir.
Plotnya rapi, dan alurnya sendiri cukup smooth. Suka dengan karakter para tokoh di dalamnya yang terasa manusiawi dan nyata.
Pemilihan kota Solo yang dipakai sebagai latar cerita, menurutku entah mengapa jadi membuat jalan cerita di dalamnya lebih terasa hidup. Mungkin karena aku sendiri pernah menjalani terapi saat balita dulu di sana, jadi suasana yang coba dibangun penulis terasa lebih nyata bagiku.
Cerita dalam Ikan Kecil ini sangat membangkitkan kesadaran pembaca terhadap anak-anak yang memiliki disabilitas. Selain itu, Autism Spectrum Syndrome (ASD) yang coba diangkat penulis merupakan pengetahuan baru bagiku. Penulis cukup detail menjelaskan apa itu ASD, penyebab dan ciri-ciri seorang anak mengalami ASD.
Over all, membaca buku ini benar-benar menghangatkan hatiku. Kesabaran Deas dalam menerima Olei dan usahanya untuk mendekatkan Loi dengan putranya kembali cukup bikin terharu. Dan bagian yang paling bikin berkaca-kaca adalah saat epilog cerita. Tapi selain itu aku juga sempat dibikin ngikik saat adegan Loi memberi nama kucing mereka Dul Majid.
... kadang kita memang harus berhenti melihat ke atas terus untuk bisa bersyukur dan merasa "penuh".
×××
Judul : Ikan Kecil
Penulis : Ossy Firstan
Penyunting : Donna Widjajanto
Penyelaras Aksara : Yuliono
Desain Sampul : Orkha Creative
Penerbit : GPU
Terbit : Desember 2019
Tebal : 248 hlm.
Posting Komentar
Posting Komentar