Bukankah memang dibutuhkan sebuah pengadilan bahkan terhadap penjahat yang paling brutal sekalipun? Itu bukan demi sang penjahat. Pengadilan itu dibutuhkan untuk menipu masyarakat awam di dunia ini, agar mereka tidak menciptakan huru-hara.
Moriguchi Yuko adalah seorang guru IPA sekaligus wali murid kelas 1-B SMP S. Sebulan yang lalu putrinya yang berusia 4 tahun ditemukan meninggal di kolam renang sekolah. Semua orang mengira itu hanya kecelakaan nahas. Akan tetapi Moriguchi yakin, putrinya dibunuh oleh dua anak didiknya.
Kini Moriguchi memutuskan untuk berhenti sebagai guru. Namun sebelum berhenti, dia berpamitan dan melakukan sebuah pengakuan kepada murid-muridnya. Moriguchi menceritakan fakta dibalik kematian putrinya, dan dia tidak rela jika kedua murid yang membunuh putrinya itu bebas tanpa mendapat hukuman. Karena itu dia ingin balas dendam kepada mereka berdua—yang dia sebut sebagai A-kun dan B-kun. Dan pembalasan dendam tersebut hanyalah awal dari sebuah mimpi buruk.
... Orang dewasa cuma bisa mengukur dengan penggaris mereka sendiri, dan tidak bisa mengukur dunia anak-anak. Mereka memberikan nasehat-nasehat yang tidak bisa kita lakukan.
Sejak tahu Penerbit Haru akan menerjemahkan novel Confessions, aku langsung tertarik untuk memilikinya suatu saat nanti setelah membaca sinopsisnya. Lalu, promosi dari Haru pun semakin gencar dilakukan sebelum novel ini terbit. Dimulai dari salah satu penerjemahnya sendiri, dan diikuti beberapa penulis lokal yang memberikan kesan-kesan "positif" setelah membacanya, membulatkan keputusanku untuk ikutan preorder-nya (padahal lagi bokek 😔).
Novel Confessions mengangkat tema tentang peraturan hukum terhadap kejahatan yang dilakukan oleh anak di bawah umur. Di Jepang, seorang anak yang berumur di bawah 14 tahun memiliki hak kebal hukum terhadap tiap kejahatan yang telah dilakukannya (bahkan untuk kejahatan yang keji, seperti pembunuhan berencana). Sekalipun mendapat hukuman, mereka hanya akan mendapat hukuman yang ringan dan setelahnya akan bebas dengan mendapatkan identitas baru. Dan masyarakat pada umumnya tidak akan pernah tahu siapa identitas asli mereka, karena di dalam pemberitaan pun pemerintah Jepang melarang keras menyebutkan nama asli mereka.
Karena itu, alih-alih melaporkan tindak kejahatan yang dilakukan oleh dua muridnya, Moriguchi memilih untuk balas dendam dan menghukum A-kun (Shuya) dan B-kun (Naoki) sendiri dengan cara yang cukup "gila" bagi anak seusia mereka.
Setelah kepergian Moriguchi, awan hitam seakan menggelayuti kehidupan Shuya dan Naoki. Meski Shuya sendiri memutuskan untuk tetap bersekolah setelah kejadian itu, dia menjadi target pengrisakan oleh teman-teman sekelasnya. Sedangkan Naoki sendiri lebih memilih untuk absen selama berminggu-minggu karena takut dengan kenyataan yang mungkin harus dia hadapi.
Ternyata, pengakuan Moriguchi tak hanya berdampak pada kehidupan Shuya dan Naoki. Mizuki sang ketua kelas yang sebetulnya merasa risih dengan apa yang dilakukan oleh mantan wali kelasnya itu, justru ikut terseret dalam penghukuman yang didapat oleh mereka berdua.
Bisa dibilang penulis membangun alur dalam novel Confessions ini dengan lambat, apalagi monolog yang dilakukan oleh Moriguchi di awal sempat membuat bingung untuk memahami jalan cerita. Namun seiring lapisan misteri yang terbuka satu-persatu, ceritanya jadi sangat page turner.
Terjemahannya sendiri menggunakan bahasa yang enak untuk diikuti. Jadi meskipun kebanyakan ceritanya menggunakan narasi, jalan ceritanya tidak bikin bosan dan justru bikin nagih seiring lembar demi lembar yang terbaca.
Novel Confessions ini pernah diadaptasi menjadi film dan manga pada 2010. Aku sendiri, begitu selesai membacanya, langsung melanjutkan menonton film dan membaca manga-nya. Meski ketiganya memiliki inti cerita yang sama, ada plot-plot tertentu yang tidak ada di masing-masing novel, film dan manga. Jadi, setelah membaca novelnya, memang sebaiknya dilanjutkan film dan manga karena ceritanya akan saling melengkapi.
Selesai membaca novel ini, aku merasa hubungan ibu dan anak itu memang cukup rumit. Hubungan yang semestinya kuat, kadang bisa renggang—karena terkadang seorang ibu nggak selalu tahu apa yang anaknya inginkan, begitu pula sebaliknya. Padahal yang mereka inginkan adalah sama-sama yang terbaik. Dan benang merah dari novel ini—semua jalinan peristiwa yang ada di dalamnya, bersumber pada hubungan ibu dan anak.
Secara keseluruhan, cerita dalam Confessions ini benar-benar mengusik; siapa yang benar dan yang salah, apakah kejadiannya akan lebih baik jika yang terjadi adalah hal yang lain, sepertinya itu semua bukanlah pertanyaan yang bisa dijawab dengan mudah. Selain itu, dibutuhkan pikiran yang waras selama membacanya agar tidak ikut terseret ke dalam pikiran-pikiran kelam para karakter di dalamnya.
"Pandangan dan idealisme itu ditentukan oleh lingkungan tempat seseorang lahir dan dibesarkan. Lalu, dasar penilaiannya atas orang lain bergantung pada siapa orang yang kali pertama berinteraksi dengannya. Artinya, bagi sebagian besar orang, sosok itu adalah sosok seorang ibu, bukan?"
×××
Judul : Confessions
Judul Asli : 告白 (Kokuhaku)
Judul Asli : 告白 (Kokuhaku)
Penulis : Minato Kanae
Penerjemah : Clara Canceriana, Andry Setiawan
Penyunting : Prisca Primasari
Penyelaras Aksara : Titish A.K.
Ilustrasi Sampul : Pola
Penerbit : Haru
Terbit : Agustus 2019 (Cetakan I)
Tebal : 300 hlm.
Posting Komentar
Posting Komentar