Deuce! Kalau dalam pertandingan tenis lapangan, istilahnya poin mereka sama 40-40. Perlu 2 poin lagi untuk memenangkan pertandingan. Dua poin ya, catet! Jadi benar-benar enggak mudah, butuh perjuangan.
Background image by freepik |
Demi membantu keuangan bapak yang morat-marit setelah kematian ibu, Namira bekerja sebagai pemungut bola di lapangan tenis. Seolah pekerjaannya belum cukup berat, ada cowok nyebelin di sana yang sering meneriaki Namira dengan sebutan 'bocah' karena tubuh mungilnya. Cowok itu selalu sukses bikin Namira pengen menelan bola bulat-bulat saking sebelnya.
Kafi adalah anak pemilik lapangan tenis tempat Namira bekerja. Sejak awal mereka bertemu, Kafi sudah mulai meneriakinya dan bikin Namira sebel. Tetapi ada alasan khusus mengapa Kafi sering melakukannya.
Sudah hampir dua tahun Namira bekerja sebagai pemungut bola—dari jam pulang sekolah dan terkadang sampai malam. Karena alasan itulah ia jadi sering bolos pelajaran olahraga—karena merasa sudah mendapatkan keringat dari lapangan tenis. Dan gara-gara itu, ia jadi sering adu mulut dengan Aksan—ketua kelas Namira. Padahal saat pertama berkenalan dulu, Aksan tidak seperti itu. Namun sekarang, demi alasannya sendiri, Aksan jadi sering melontarkan kalimat-kalimat pedas pada cewek mungil itu.
Untungnya sekarang ada Pak Alan—guru olahraga sekaligus wali kelas Namira yang baru, yang punya cara jitu untuk mengatasi masalah yang tengah dihadapi para murid. Aksan dan Kafi adalah dua orang yang paling Namira benci di sekolah. Namun sejak ada Pak Alan, permusuhan Namira dengan Kafi mulai mencair dan sikap Aksan pun menjadi penuh perhatian.
Di saat hubungan Aksan-Namira-Kafi mulai membaik, persaingan justru semakin sengit di antara Aksan dan Kafi. Namira pun terjebak di antara dua cowok yang awalnya sama-sama nyebelin tapi diam-diam bikin jantungnya gubrak-gabruk. Dua cowok yang selisih poinnya hampir sama, dan saling mengejar dalam pertandingan merebut perhatian Namira.
Untungnya sekarang ada Pak Alan—guru olahraga sekaligus wali kelas Namira yang baru, yang punya cara jitu untuk mengatasi masalah yang tengah dihadapi para murid. Aksan dan Kafi adalah dua orang yang paling Namira benci di sekolah. Namun sejak ada Pak Alan, permusuhan Namira dengan Kafi mulai mencair dan sikap Aksan pun menjadi penuh perhatian.
Di saat hubungan Aksan-Namira-Kafi mulai membaik, persaingan justru semakin sengit di antara Aksan dan Kafi. Namira pun terjebak di antara dua cowok yang awalnya sama-sama nyebelin tapi diam-diam bikin jantungnya gubrak-gabruk. Dua cowok yang selisih poinnya hampir sama, dan saling mengejar dalam pertandingan merebut perhatian Namira.
"... Rasa benci atau suka, bisa berubah kapan saja. Yang benci bisa jadi suka, begitu juga sebaliknya. Jangan berlebihan menyikapi perasaan."
Setelah sebelumnya kebanyakan membaca buku-buku yang bikin tegang dan bikin otak kusut, membaca bacaan ringan seperti Deuce! ini memang seperti mendapatkan angin segar yang bikin rileks pikiran. Rasanya menyenangkan dan nggak bisa berhenti senyum-senyum sendiri membaca kisah Namira ini.
Deuce! merupakan novel teenlit terbaru yang diterbitkan oleh Mbak Netty. Aku selalu suka dengan teenlit beliau, yang ceritanya ringan tetapi tetap ada bagian yang membuat hati hangat. Deuce! mengangkat tema cinta segitiga khas remaja yang dibalut dalam olahraga tenis.
Konfliknya sangat ringan dan sederhana—yang bisa sering kita temukan di sekitar dalam kehidupan sehari-hari. Gaya bahasanya pun juga ringan, mengalir dan menyenangkan, jadi tidak butuh waktu lama untuk menyelesaikan novel ini.
Cerita dalam Deuce! ini berpusat pada keseharian Namira. Walaupun ada Aksan, Kafi dan Pak Alan, mereka hanyalah tokoh yang mempermanis kisah masa remaja yang dilalui Namira ini. Meski demikian, penggalian karakter Namira pun kurang terlalu dalam, jadi perkembangan karakternya pun tak ada yang berarti.
Konflik dalam Deuce! menitikberatkan pada cinta segitiga yang terjadi antara Alsan-Namira-Kafi yang dibalut dengan unsur olahraga tenis. Dan dari judulnya sendiri, bisa sedikit ditebak bagaimana akhir ceritanya.
Meski banyak yang bilang kurang puas dengan akhir cerita yang terkesan open ending, menurutku justru sudah pas—mengingat genrenya yang teenlit. Secara keseluruhan, novel Deuce! ini merupakan bacaan ringan yang menyenangkan dibaca, yang bisa dihabiskan dalam sekali duduk.
"... Pelajaran olahraga bukan menyangkut fisik saja, tapi juga pendidikan nilai-nilai sosial. Seperti kerjasama, komitmen, tanggung jawab, dan kedisiplinan titik sportivitas dan kerjasama dalam olahraga juga bisa kalian terapkan dalam pertemanan sehari-hari berani saling mengungkapkan alasan ketidaksukaan kalian termasuk sikap sportif. Jujur mengakui apa yang kalian rasakan. ..."
"Nam, gak semua berita gembira harus dirayakan dan tidak semua kejadian nggak enak harus ditangisi. Sekali-kali kita bikin yang gak biasa. Dalam kegembiraan terkadang tersimpan rasa duka dan dalam kesedihan sering terselip kebahagiaan yang nggak kita sadari. ..."
Kadang-kadang apa yang kita bayangkan nggak selalu sesuai dengan kenyataan. Seringkali kita membuat bayangan berdasarkan persepsi sendiri.
×××
Judul : Deuce!
Penulis : Netty Virgiantini
Penyunting : Irma Permanasari
Penyelaras Aksara : Wienny Siska
Desain Sampul : Yogi Fahmi Rian Dito
Penata Letak : @bayu_kimong
Penerbit : GPU
Terbit : November 2019
Tebal : 256 hlm.
Enaknya membaca teenlit tuh bikin nyegerin otak. Biasanya saya baca teenlit setelah baca beberapa novel yang terkesan berat. Lumayan membantu banget menjaga mood membaca.
BalasHapusOya, jadi disini konfliknya hanya sekadar cinta segitiga atau ada konflik lainnya. Penasaran jadinya euy.
Bener banget! Teenlit itu bacaan ringan yang bisa menjaga mood baca.
HapusAda konflik lainnya juga kok, tapi menurutku kurang menonjol. Baca aja kalo penasaran :)