"... 'Siapa yang bisa menemukan buku yang tepat, akan berada di tengah-tengah teman terbaik. Di sana kita akan berbaur dengan teman yang paling pintar, paling intelek, dan paling luhur; di sana kebanggaan serta keseluruhannya manusia bersemayam.'"(hlm. 226)
Sumber gambar pngtree |
Peringatan! Kutipan mungkin mengandung spoiler.
Kumpulan Kutipan The Magic Library
Buku kan bukan hanya terdiri dari kata-kata atau gambar di atas kertas belaka, melainkan juga semua yang aku bayangkan saat membacanya.
(hlm. 43)
Jika terlalu terpaku pada aturan, kita tidak akan melangkah ke depan.
(hlm. 42)
Jika fantasi sama dengan kebohongan, para penulis mestilah merupakan pembohong yang paling antusias.
(hlm. 35)
Namun, kejadian sehari-hari yang membosankan pun dapat diceritakan seperti halnya kisah hampanya ruang angkasa.
(hlm. 36)
Kita memang boleh menggunakan fantasi kita dan memaparkan beberapa teori, tapi kita harus menguji kadar kebenarannya.
(hlm. 38)
Karena hati memiliki kebijaksanaannya sendiri dan mengerti apa yang tidak dipahami oleh otak.
(hlm. 87)
... tapi pikiran yang penuh dengan petualangan pernah menuntun kita ke arah yang benar, lalu mengapa ia tak akan melakukan itu lagi?
(hlm. 58)
... orang harus berhati-hati dalam menyebutkan nama orang, kita tak pernah tahu dimana "anak panah akan mendarat" ...
(hlm. 56)
Aku ingin menulis dan berbincang dengan diriku sendiri tentang apa saja yang muncul dari dalam jiwaku. Kertas kan lebih sabar daripada manusia.
(hlm. 51)
Tak ada aturan bagi seseorang dalam menulis, demikian juga dalam berpikir.
(hlm. 131)
Mungkin fantasi yang berlimpah ini hanyalah teori dalam kepalaku. Tapi, harus kukatakan bahwa aku senang memiliki sejumlah fantasi.
(hlm. 133)
Aku selalu saja berada diantara yakin dan tidak yakin. Tak seorang pun percaya pada "mungkin", kecuali orang yang baru saja kehilangan kewarasannya.
(hlm. 134)
Kamu kan tidak bisa begitu saja percaya bahwa dunia nyata adalah sama persis dengan yang digambarkan oleh buku terakhir yang kamu baca. Sebab, bacaan adalah bacaan.
(hlm 135)
Aku berjalan menyusuri rak-rak perpustakaan. Buku-buku tersebut memunggungiku. Tak seperti manusia yang ingin berjarak denganku, buku-buku itu malah menawarkan diri untuk memperkenalkan diri mereka. Bermeter-meter jajaran buku yang tak akan pernah mampu kubaca. Dan, aku tahu apa yang ada di sini adalah kehidupan yang merupakan pelengkap kehidupanku, yang menanti untuk dimanfaatkan. Tetapi hari-hari berlalu, dan kesempatan itu tetap tak tergapai—terabaikan. Salah satu buku ini mungkin benar-benar bisa mengubah hidupku. Siapakah aku sekarang? Siapakah sebenarnya aku?
[Simen Skjønsberg, Der grausame Genuss - Texte Über die Geheimnisse des Lessens / Kenikmatan yang Kejam - Buku Tentang Rahasia Membaca] (hlm. 225)
Posting Komentar
Posting Komentar