"Kau tahu? Aku cuma ingin dia jujur padaku. Berbohong justru menggerogoti kita," lanjutnya. "Melelahkan, memakan waktu dan hanya menyakiti orang lain."
Sumber gambar Pinterest |
Bagi Chloe Pierce, gadis Hitam tujuh belas tahun—yang menurutnya tinggal di antah berantah New Jersey, balet adalah tujuan hidupnya. Minat dan bakatnya terhadap balet yang tinggi, ia dapatkan dari Dad yang telah meninggal karena kecelakaan ketika ia berumur tiga tahun. Dan impiannya yang terbesar adalah menjadi peserta magang di konservatorium balet milik Avery Johnson—penari kulit hitam termuda yang sukses mendirikan kelompok baletnya sendiri—di New York. Namun Chloe tahu, sejak kematian Dad dan kecelakaan yang ia alami setahun lalu, Mom jadi lebih protektif padanya. Dan itu artinya, Mom tidak akan pernah membiarkan dan mengizinkannya pergi jauh dan tinggal sendirian.
Selama ini Chloe hidup dengan menjadi anak baik. Tetapi demi impiannya, ia pun menyusun rencana untuk mengikuti audisi magang di konservatorium balet yang ia impikan. Meski rencana tersebut mengharuskannya berbohong pada Mom—sesuatu yang tidak pernah dilakukannya.
Chloe pikir, rencana yang ia susun telah sempurna, dan Mom tidak akan pernah tahu ia telah pergi jauh selama sehari demi mimpinya. Lalu kemudian muncul Eli Greene, cowok tetangga seberang rumah yang setahun belakangan ia benci setengah mati—meski dulu mereka bersahabat. Eli ingin pergi ke tempat ayahnya, dan ia mengancam akan mengadu pada Mom jika Chloe tidak memberikan tumpangan mobil padanya.
Dengan sangat terpaksa Chloe pun pergi bersama Eli. Tetapi perjalanan yang seharusnya selesai dalam sehari kemudian berubah jadi bencana bagi keduanya. Chloe pun terpaksa terjebak bersama Eli selama hampir seminggu dan terancam gagal mengikuti audisinya.
Namun gara-gara hal tersebut, Chloe dan Eli jadi mengurai kesalahpahaman yang terjadi dalam persahabatan mereka. Satu per satu mereka mulai mengungkap impian masing-masing. Mereka berusaha mencari celah untuk menemukan jati diri masing-masing di tengah tuntutan para orangtua.
Namun gara-gara hal tersebut, Chloe dan Eli jadi mengurai kesalahpahaman yang terjadi dalam persahabatan mereka. Satu per satu mereka mulai mengungkap impian masing-masing. Mereka berusaha mencari celah untuk menemukan jati diri masing-masing di tengah tuntutan para orangtua.
"Kadang-kadang orang mungkin percaya pada diri sendiri, tapi itu belum cukup bila mereka merasa tidak mendapat dukungan. ..."
Hal pertama yang membuatku tertarik membaca buku ini adalah gambar sampul yang menjadikan dua remaja kulit hitam sebagai tokoh utamanya. Rasanya jarang sekali menemukan fiksi remaja terjemahan yang menampilkan remaja kulit hitam sebagai tokoh utamanya—apalagi dijadikan gambar sampul.
Untuk premis ceritanya lumayan menarik; tentang mewujudkan impian yang ditentang orangtua, persahabatan, benci jadi cinta dan sebagainya seperti cerita roman remaja kebanyakan. Di sini juga sedikit disinggung tentang isu LGBT.
Alurnya sendiri cukup smooth dan keseluruhan cerita dinarasikan oleh Chloe menggunakan sudut pandang orang pertama. Meski jalan ceritanya bisa mudah ditebak, kisah perjalanan Chloe dan Eli ini tetap menarik untuk dibaca dan diikuti—terutama bagi para remaja yang sedang bingung bagaimana menemukan impian mereka.
Alurnya sendiri cukup smooth dan keseluruhan cerita dinarasikan oleh Chloe menggunakan sudut pandang orang pertama. Meski jalan ceritanya bisa mudah ditebak, kisah perjalanan Chloe dan Eli ini tetap menarik untuk dibaca dan diikuti—terutama bagi para remaja yang sedang bingung bagaimana menemukan impian mereka.
"Memang benar, kita tidak tahu apa yang bakal terjadi, tapi hal-hal terbaik terjadi ketika kita tidak merencanakannya. Seperti seluruh perjalanan kita. Seperti yang terjadi pada kau dan aku."
×××
Judul : Di Mana Pun Kau Berada
Judul Asli : I Wanna Be Where You Are
Penulis : Kristina Forest
Penerjemah : Angelic ZaiZai
Penyunting : Jimmy Simanungkalit
Penyelaras Aksara : Karina Andjani
Desain Sampul : Garisinau
Penerbit : GPU
Terbit : Januari 2020
Tebal : 320 hlm.
Posting Komentar
Posting Komentar