"The Knife of Never Letting Go", Dunia Penuh Kebisingan Lelaki

Tak ada apapun selain Kebisingan di dunia ini, tak ada apapun selain pikiran tanpa henti tentang para lelaki dan hal-hal yang mendatangi kita dan mendatangi kita dan mendatangi kita, ...
Sumber gambar: Pinterest

Todd Hewitt merupakan bocah laki-laki terakhir di Prentisstown. Kota itu hanya dihuni para lelaki dewasa. Tak ada perempuan, tak ada anak-anak lain selain dirinya. 

Sejak terinfeksi kuman Kebisingan yang disebarkan oleh Spackle—penghuni asli Dunia Baru—semasa perang, para penduduk kota dapat mendengar pikiran satu sama lain. Akibatnya sebagian lelaki menjadi gila, sebagian mati dan semua perempuan terbunuh karena kuman tersebut saat Todd masih bayi. Namun kuman itu juga menjadi penyebab kepunahan bagi semua Spackle. 

Sebulan lagi Todd akan menjadi lelaki dewasa. Tapi di tengah Kebisingan para penduduk kota, ia tahu kotanya menyembunyikan sesuatu yang mengerikan. Todd pun terpaksa melarikan diri bersama Manchee—seekor anjing yang pikiran sederhana dan setianya juga dapat di dengar oleh Todd. 

Diburu para lelaki jahat dari kota, Todd dan Manchee bertemu makhluk paling aneh dan paling hening yang belum pernah ia temui sebelumnyau. Meski ia belum pernah melihatnya secara langsung, Todd tahu dari Kebisingan para lelaki dewasa jika yang ia temui adalah seorang anak perempuan. 

Todd dan Violet—anak perempuan yang pikirannya sangat hening—pun melakukan perjalanan berdua demi melarikan diri dari orang-orang Prentisstown yang ternyata juga memburu Violet. Mereka pergi menuju Haven, berharap kota pertama yang didirikan di Dunia Baru tersebut memiliki obat penawar untuk Kebisingan yang Todd rasakan. Namun, tak peduli sekeras apapun mereka berdua berlari siang dan malam, orang-orang Prentisston selalu saja berada selangkah di depan mereka.
Kalau seluruh dunia kita berupa satu kota Bising tanpa masa depan, kadang-kadang kita hanya harus pergi walaupun tidak ada tempat yang dituju.

Apa yang kamu rasakan jika kamu bisa mengetahui isi pikiran orang lain? Mungkin rasanya menyenangkan, karena kita akan segera tahu seandainya dibohongi. Tetapi, bagaimana jika semua orang bisa saling mendengarnya? Tentunya tidak lagi menyenangkan, karena pasti isi pikiran kita jadi tidak aman dan hidup akan menjadi berisik karena pikiran orang-orang yang kita dengar. Itulah premis yang berusaha penulis angkat dalam buku ini.

The Knife of Never Letting Go merupakan buku pertama dari Trilogi Chaos Walking yang tahun 2020 ini akan segera tayang film adaptasinya dengan dibintangi Tom Holland (Spiderman) sebagai Todd dan Daisy Ridley (Star Wars) sebagai Violet. 

Ide cerita The Knife of Never Letting Go benar-benar unik dan menarik. Alurnya sendiri mengalir dengan cukup cepat—seolah tidak ada waktu untuk bersantai-santai meski sejenak. Pembaca dibawa untuk mengikuti perjalanan Todd yang begitu melelahkan. Dan sepanjang perjalanan, sedikit demi sedikit kebenaran tentang rahasia dan dunia yang ditinggali Todd pun mulai terkuak—beberapa memang mengejutkan, namun beberapa cukup bisa ditebak.

Buku ini mengambil latar waktu jauh di masa depan dimana bumi semakin tak layak huni dan manusia berbondong-bondong mencari tempat tinggal baru. Penggambaran world building-nya di sini cukup mendetail. Awalnya aku sempat kebingungan dengan latar dunia Todd ini karena deskripsi lingkungan dan kotanya tak jauh berbeda dari bumi. Tetapi meski akhirnya bisa membayangkan dunia dalam The Knife of Never Letting Go, rasanya masih banyak hal yang belum terungkap—terutama tentang kota Haven—karena buku ini merupakan buku pertama. 

Format kalimat dan layout-nya juga lain daripada biasanya. Dengan penggunaan berbagai macam font dengan ukuran yang berbeda-beda—yang menggambarkan isi pikiran para tokoh lelaki yang berbeda. Membacanya saja bikin pusing, apalagi kalau jadi Todd yang bisa "mendengar" dan "melihat" isi pikiran orang lain, rasanya pasti justru meresahkan. Namun, meski awalnya agak membingungkan, tapi lama-kelamaan kita jadi terbiasa dan otomatis paham bagian mana yang merupakan percakapan, yang mana narasi cerita, dan yang mana yang suara pikiran para tokoh. 

Hampir secara keseluruhan cerita dinarasikan melalui sudut pandang Todd sebagai orang pertama. Narasi Todd ini lumayan unik, karena banyak kata-kata dan kalimat yang tidak sesuai dengan struktur bahasa. Semua itu relevan dengan deskripsi karakter Todd yang polos, kurang pendidikan dan tidak bisa membaca—meski di beberapa bagian ada yang juga yang bikin bosan saat membacanya. 

Karena merupakan trilogi, ending-nya terasa sangat cliffhanger! Buku keduanya sendiri sudah diterjemahkan, dan tinggal menunggu buku ketiganya saja. Untuk filmnya sendiri jadwal rilisnya masih belum pasti. Tapi rasanya nggak sabar nonton Todd versi Tom Holland! 
Kebisingan mengatakan sesuatu hal sekaligus hal sebaliknya pada saat bersamaan, dan walaupun kenyataan jelas ada disana, bagaimana kita bisa tahu mana yang benar dan mana yang salah kalau semuanya datang bersamaan?
×××

Judul : Pisau Luka
Judul Asli : The Knife of Never Letting Go 
Seri : Walking Chaos #1
Penulis : Patrick Ness 
Penerjemah : Barokah Bruziati 
Penyunting : Nadya Andwiani 
Desain Sampul : John Nugroho 
Penerbit : GPU 
Terbit : 2018
Tebal : 544 hlm.


2 komentar

Hai, terimakasih telah berkunjung. Silakan berkomentar yang sopan.
  1. Belum baca series ini dan saya langsung mencari informasi buku ini. Trilogi yang kayaknya nggak hype ya. Atau sayanya yang kurang informasi. Soalnya buku aslinya terbit tahun 2008, disusul buku keduanya tahun 2009, dan diakhiri buku ketiganya di tahun 2010. Tahun-tahun itu saya belum terjun ke dunia buku dan belum banyak membaca buku.

    Untuk filmnya kayaknya bakal rilis di tahun 2021 deh. Saya cek di IMDB, informasinya demikian. Belum ada thrilernya juga kayaknya.

    Saya jadi penasaran sama novel ini. Kayaknya seru aja kalau baca bukunya dulu sebelum nonton filmnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. agaknya di Indonesia emang kurang nge-hype bukunya. kalo bukan kerana mau diadaptasi mungkin juga belum diterjemahkan. padahal ceritanya bagus banget!

      wah mundur lagi berarti. padahal rencana tayang filmnya sudah dari 2019. mungkin karena emang proses syutingnya susah, jadi bahkan trailer-nya aja sampai sekarang belum ada.

      sebagai penganut "baca baru nonton", emang wajib baca bukunya dulu sih 😁

      Hapus