[Review] The Case We Met

"Allah nggak pernah salah ngasih jodoh ke setiap orang, Dit. Walaupun kebetulan namanya sama, nggak ada istilahnya jodoh ketuker."
Sumber gambar freepik
Redita Harris atau Dita sering dijuluki Red Ridding Hijab karena selain namanya yang mengandung kata merah, ia sendiri juga sering memakai hijab berwarna merah seperti gadis dalam dongeng Red Ridding Hood. 

Dita mengawali kariernya sebagai seorang pengacara di New York—mengikuti jejak karier ayah dan kakaknya di bidang hukum. Selama ini kebanyakan klien Dita merupakan wanita atau para lansia yang menjadi korban terkait kasus hukum malapratik. 

Namun demi membalas budi seorang dokter yang dituntut karena tuduhan malapratik dan menyebabkan kematian seorang pasien, Dita pun terbang kembali ke Indonesia. Dokter itu adalah Natanegara Langit, salah satu sahabat kakak Dita dan orang yang paling Dita takuti dan hindari ketika keduanya bertemu. 

Saat SMA, Natan merupakan senior Dita yang sering terlibat tawuran. Dita takut pada Natan lantaran sering mendapat bentakan dari pria tersebut. Namun demi membalas kebaikan Natan yang pernah menolongnya ketika mendadak ambruk saat sidang di New York, Dita berusaha menelan ketakutannya saat bertemu dan berdekatan dengan Natan. 

Tetapi, tak hanya harus berjibaku dengan membuktikan bahwa Natan tidak bersalah di persidangan, selama membela Natan, Dita pun harus menata hatinya demi menemui lelaki yang sudah ditaksirnya habis-habisan sejak SMA, mantan tunangan yang menjadi lawannya di persidangan, hingga ancaman pembunuhan dari salah satu narapidana yang sakit hati karena kalah dan dipenjara berkat Dita.
“Because love isn’t something you can arrange, Red. It just happens.”
The Case We Met merupakan debut penulis di lini Metropop dan merupakan buku ketiga penulis yang aku baca. Sejak membaca 1/6 beberapa tahun lalu, aku langsung suka dan merasa cocok dengan gaya menulis Kak Flazia—yang seringnya mirip dengan novel terjemahan. 

Jika sebelumnya penulis lebih sering menghasilkan karya dengan latar utama di negara Asia Timur, di sini penulis justru memilih setting lokal dengan nuansa Islami yang cukup pekat. Mengambil latar kota New York dan Yogyakarta sebagai setting utama cerita, novel terbaru Kak Flazia ini punya rasa yang berbeda dari novel-novel sebelumnya. 

Secara umum, The Case We Meet ini mengangkat dua dunia berbeda—hukum dan medis. Keduanya dihubungkan dengan sangat menarik lewat profesi dua tokoh utama dalam cerita. Dita yang awalnya menjadi jaksa yang khusus menangani para korban malapraktik, memilih banting setir menjadi pengacara seorang dokter yang tersangkut kasus malapraktik. Sedangkan Natan sendiri dikenal sebagai 'Serigala' saat SMA karena sering terlibat tawuran. Kini ia telah menjadi dokter anestesi yang handal. Namun karena kelalaiannnya saat membius salah seorang pasien dan menyebabkannya kehilangan nyawa, Natan pun dituntut oleh keluarga pasien. 

Cerita dalam The Case We Meet ini sebagian besar menggunakan alur maju mundur, dengan pace yang cukup lambat di awal. Di sini penulis menjabarkan latar belakang para tokoh lumayan detail—membuat pembaca jadi lebih mudah membayangkan alur cerita. Sayang beberapa detail memang sempat bikin jadi bosan, tapi untungnya penulis tetap lihai merangkai alurnya jadi sedemikian rupa sehingga membuat cerita tetap nyaman diikuti dan bikin penasaran. 

Aku suka unsur romance yang dibangun dengan lambat oleh penulis. Chemistry antar tokoh dibangun pelan-pelan, sehingga membuat kisahnya semakin manis untuk diikuti. Meski tidak ada plot twist yang bisa bikin pembaca tercengang, aku justru kagum dengan minimnya plot hole. Tiap peristiwa dikisahkan dengan runut. Selain itu, tiap karakternya pun punya peran dan porsi masing-masing yang pas. 

Overall, The Case We Met merupakan novel metropop debutan yang memikat. Novel ini cocok banget dibaca untuk kalangan medis, bisa jadi referensi di kalangan orang-orang yang bergerak di bidang hukum, serta semua pembaca yang suka romance, terutama dengan nuansa Islami.
"Umar bin Khattab mengatakan bahwa apa yang melewatkan kita tidak akan menjadi takdir kita, dan begitu pula sebaliknya. Apa yang ditakdirkan untuk kita pun tidak akan melewatkan kita." 
×××

Identitas Buku

  • Judul : The Case We Met
  • Penulis : Flazia
  • Penyunting : Miranda Malonka 
  • Penyelaras Aksara : Wienny Siska 
  • Desain Sampul : @fitnrdm
  • Penerbit : GPU 
  • Terbit : April 2020 
  • Tebal : 440 hlm.
  • ISBN : 978-602-063-597-2

2 komentar

Hai, terimakasih telah berkunjung. Silakan berkomentar yang sopan.