The Memory Police, Kengerian Ketika Melupakan Banyak Hal

"Tetapi mereka tak kasat mata, bukan? Walaupun kenangan itu sangat indah, kenangan akan memudar apabila ditinggalkan begitu saja, jika tidak diperhatikan. Kenangan tidak meninggalkan jejak, tidak ada bukti bahwa mereka pernah ada. Tetapi kurasa kau benar ketika kau berkata bahwa kita harus berusaha sebisa mungkin mengembalikan kenangan tentang benda-benda yang sudah hilang."
Polisi Kenangan - Yoko Ogawa
 Sumber gambar flickr.com

Di sebuah pulau tak bernama, para penduduknya hidup di bawah rezim opresif. Pelan-pelan, orang-orang yang tinggal di pulau itu mengalami amnesia kolektif. Secara berkala, benda-benda mulai hilang dari ingatan mereka—mulai dari benda-benda sepele sampai benda-benda penting.

Apa pun yang hilang itu, tidak lagi memiliki makna. Dan ketika sebuah benda menghilang dari ingatan, para penduduk harus segera membakarnya, membuang ke sungai atau menyerahkannya kepada Polisi Kenangan. Lalu dengan cepat, seisi pulau pun akan melupakan keberadaan benda tersebut. 

Tetapi ada juga orang-orang yang tidak lupa meski sebuah benda menghilang, entah kenapa, dan tugas lain dari Polisi Kenangan adalah mengatasi orang-orang itu, agar keseimbangan di pulau tetap berjalan semestinya. 

Ketika seorang novelis wanita mendapati editornya termasuk salah seorang yang tidak kehilangan ingatannya ketika benda-benda menghilang—seperti ibunya dulu, ia berusaha sebisa mungkin menyelamatkan dan menyembunyikan sang editor. Meski nyawanya sendiri dan nyawa orang yang ia sayang menjadi taruhannya. 

"Mungkin tidak semuanya. Ingatan tidak bertumpuk begitu saja— ingatan bisa berubah seiring berjalannya waktu. Kadang-kadang, ingatan bisa juga memudar. Walaupun bagiku, prosesnya berbeda dengan apa yang terjadi pada kalian semua ketika sesuatu menghilang dari pulau ini." 

Cukup lama juga aku menyelesaikan membaca The Memory Police ini, sepertinya butuh waktu hampir satu bulan. Selain karena selama Ramadan kemarin memang lebih jarang baca buku, langganan Gramedia Digital (GaTal) sebenarnya juga sudah lama berakhir sejak pertengahan bulan April. (tetapi aku tetap bisa membacanya dengan mengakali tidak menutup buku di aplikasi meski langganan sudah habis). 

The Memory Police pertama kali terbit pada 1994, dan baru diterjemahkan sekarang setelah bukunya masuk nominasi 2020 Man Booker International Prizel

Ide ceritanya menarik sekaligus meresahkan—tentang kengerian melupakan. Mengambil setting di dunia dystopia, di pulau yang tak disebutkan namanya. Di pulau tersebut benda-benda "menghilang" baik secara fisik maupun dari benak para penduduk. Pada suatu hari, berbagai jenis burung bisa hilang dari ingatan mereka. Dan keesokan harinya, bisa saja yang menghilang hanyalah salah satu jenis permen. 

Saat sebuah benda "menghilang", orang-orang juga harus segera memusnahkannya dari pulau. Siapa pun yang berani menyimpan barang yang "hilang" akan berada dalam bahaya. Dan orang-orang yang "tidak lupa", akan berada dalam bahaya yang lebih besar. Para Polisi Kenangan—yang mengenakan seragam mewah—membuat semua orang hidup dalam ketakutan. Orang yang tetap "ingat" saat benda "menghilang" akan dibawa pergi, dan tidak pernah kembali lagi.

Mungkin karena temanya sendiri tentang "melupakan", kebanyakan para tokoh di dalam cerita juga tidak bernama. Sang novelis wanita yang merupakan tokoh utama hanya menyebutkan dirinya sebagai "aku" (karena cerita The Memory Police ini menggunakan sudut pandang orang pertama). Tokoh-tokoh yang lain pun tak memiliki nama yang berarti, seperti editor sang novelis hanya ia sebut sebagai R; orang yang sudah dekat dengan keluarganya sejak lama hanya ia sebut sebagai pak tua; atau tetangga sang novelis ia panggil mantan pembuat topi.

Meski terjemahannya enak dibaca, alurnya sendiri cukup lambat. Jadi saat membacanya di beberapa bagian memang bikin agak bosan. Apalagi akhir ceritanya juga agak anti klimaks menurutku. 

Ada yang bilang The Memory Police ini punya vibes yang sama dengan buku 1984 karya George Orwell. Tapi karena aku sendiri belum membacanya, aku tidak bisa membandingkannya. Aku justru merasa buku ini mempunyai aura yang sama dengan buku Never Let Me Go karya Kazuo Ishiguro—yang suram dan para tokoh yang hidup dengan menerima takdir mereka begitu saja yang tanpa harapan. 

"... Hati tidak memiliki bentuk dan batasan. Itulah sebabnya kau bisa memasukkan semua hal ke dalamnya. Itulah sebabnya hati bisa menampung begitu banyak hal. Bisa dikatakan bahwa hati sama seperti ingatanmu." 
×××

Identitas Buku

  • Judul                     : The Memory Police 
  • Judul Terjemahan : Polisi Kenangan 
  • Penulis                  : Yoko Ogawa
  • Penerjemah           : Iingliana 
  • Desain Sampul      : Martin Dima 
  • Penerbit                 : GPU 
  • Terbit                     : April 2020 
  • Tebal                      : 292 hlm. 
  • ISBN Digital          : 978-602-06-3904-8

1 komentar

Hai, terimakasih telah berkunjung. Silakan berkomentar yang sopan.
  1. Wah aku baru denger buku ini. Ide ceritanya menarik n unik banget ya. Bisa gitu tiba2 ingatan akan sesuatu ilang secara kolektif..
    Penasaran pengen bacaa..

    BalasHapus