Masuk islam bukanlah tujuan akhirku melainkan sebuah titik permulaan. Justru dengan masuk islam, aku semakin sadar masih banyak hal yang tidak ku ketahui.
Sumber gambar freepik |
Ayana Moon, terlahir dari sebuah keluarga mapan dan begitu terpelajar di Korea Selatan—yang mengharapkan seorang anak pertama laki-laki. Tetapi karena ia terlahir sebagai seorang perempuan, orang tuanya hanya memberikan nama Jihye padanya—sebuah nama yang umum dan biasa saja di Korea sana.
Terlahir di tengah keluarga yang memiliki pandangan politik yang cukup kental, membuat Jihye memiliki ketertarikan eksentrik pada dunia politik juga sejak kecil. Ia memiliki rasa penasaran yang cukup tinggi, ia lebih banyak membaca buku pengetahuan dibandingkan anak-anak seusianya.
Perkenalannya dengan islam bermula dari kakeknya yang menceritakan tentang dunia islam di Timur Tengah sana. Cerita itu menarik hati Ayana, dan membuatnya berusaha mencari tahu lebih jauh tentang Islam.
Ketika mempelajari Islam, Ayana merasakan kedamaian yang selama ini tidak pernah ia rasakan sebagai remaja Korea yang hidup dengan penuh tuntutan. Keputusan untuk menjadi seorang mualaf pun begitu mengejutkan keluarga besarnya dan sempat membuat mereka bersitegang.
Keinginan Ayana untuk belajar tentang islam di luar Korea pun membuat keluarganya memutus dukungan finansial. Meski harus kerja sambilan, akhirnya ia bisa mewujudkan cita-citanya dan melanjutkan studi di Malaysia.
Namun ketika berada di negeri asing seorang diri membuat Ayana menyadari bahwa keadaan yang dijalaninya tak sesuai dengan apa yang ia bayangkan. Ia sempat hampir menyerah dan memutuskan akan kembali ke Korea. Tetapi sebelum pulang Ayana memutuskan untuk singgah di Indonesia, dan di negeri inilah hidup Ayana berubah.
Segala sesuatu memang sudah ada takdir ya. Melalui banyak peristiwa dalam hidupku dan banyak pertemuan dengan berbagai macam orang, aku mulai menemukan diriku sendiri.
Ayana 'Jihye' Moon merupakan seorang mualaf asli Korea yang pemberitaannya sempat menjadi perhatian masyarakat Indonesia. Ayana sendiri dikenal oleh warganet Indonesia karena merupakan seorang selebgram dan influencer yang juga menjadi brand ambassador kosmetik Wardah.
Seperti judulnya, buku Ayana Journey to Islam ini mengisahkan perjalanan sosok Jihye yang lahir pada tahun 1995 hingga menjadi seorang Ayana. Karena Jihye sejak kecil sangat suka dengan hal yang berbau politik— mewarisi gen dan kebiasaan keluarganya, hal inilah yang membuatnya mengenal islam lewat kondisi politik Timur Tengah yang saat itu sedang memanas.
Jihye sendiri mengucap syahadat pada umur 17 tahun setelah mempertimbangkan banyak hal, dan baru diketahui oleh keluarganya setahun kemudian. Keputusannya menjadi seorang mualaf tentu saja mengagetkan keluarga besarnya yang sebagian besar menganut atheisme. Bahkan keinginannya untuk memperdalam islam di luar Korea membuat keluarganya memutus dukungan finansial.
Membaca kisah perjalanan Ayana cukup bikin terharu sekaligus bangga padanya—mengingat umurnya yang masih begitu muda ketika mengambil keputusan tidak mudah yang tentunya akan mengubah seluruh hidup Ayana kedepannya.
Meski buku Ayana Journey to Islam ini terbilang tipis, tetapi isinya sendiri terbilang padat karena mengisahkan perjalanan Ayana dari lahir hingga dikenal seperti sekarang ini dan mempunyai banyak penggemar di Indonesia.
Kisah hijrah Ayana ini layak dibaca oleh siapa saja—yang membuatku jadi bisa melihat sisi lain dari seorang selebgram. Meski ada beberapa timeline cerita yang terkesan melompat-lompat, namun tidak mengganggu keseluruhan kisah.
Secara keseluruhan, buku Ayana Journey to Islam termasuk bacaan ringan yang menarik, mudah dipahami dan tentunya sangat inspiratif. Apalagi dengan tambahan beberapa foto pribadi Ayana yang turut "bercerita" di sini. Walaupun begitu, sepertinya masih ada banyak blank spot yang belum terceritakan di buku ini. Semoga saja lain kali Ayana bisa mengisahkan perjalanannya dalam mempelajari islam dengan lebih terperinci di bukunya yang lain,
Dalam hidup, selalu ada satu atau dua pertemuan penting yang tidak diduga, yang pada akhirnya mengantarkan kita ke sebuah perjalanan yang seharusnya memang kita lalui.
Identitas Buku
- Judul : Ayana, Journey to Islam
- Penulis : Ayana Moon
- Penyunting : Mirna Yulistianti
- Desain Sampul : Supriyanto
- Penerbit : GPU
- Terbit : Maret 2020
- Tebal : 156 hlm.
- ISBN : 978-602-06-3944-4
Untuk ukuran buku biografi, 156 halaman terbilangnya sangat tipis. Padahal cerita Kak Ayana menjadi mualaf dan kemudian pindah ke Malaysia, lalu ke Indonesia, pasti punya banyak kisah dan pengalaman yang bisa diceritakan. Sisi kehidupan ini yang sebenarnya membantu pembaca buku untuk lebih mengenal sosok Ayanan mendalam. Dan jumlah halaman segitu, masih kurang banget untuk menarasikan perjuangan hijrah seorang Ayana. Semoga bakal ada buku sekuelnya.
BalasHapusIya, termasuk tipis banget. Apalagi ada beberapa bagian yang diulang-ulang. Mungkin karena bukunya ditulis langsung Ayana sendiri dan perbendaharaan bahasa Indonesianya masih minim bikin dia kurang bisa menarasikan apa saja yang ingin ditulis. Berharap banget Ayana bikin buku sekuelnya.
HapusMungkin dibikin ga terlalu panjang krna target marketnya anak2 muda yg ngeidolain Ayana tp ga suka membaca buku terlalu berat. Jd makanya ga terlalu panjang. Mungkin yaa..
BalasHapusBtw, keren ya 17 tahun sudah berani mengambil keputusan sebesar itu 😍
Bener juga mbak. Mungkin karena nggak pengen bukunya jadi membosankan, Ayana menulisnya dengan singkat, padat tetapi tetap menarik dibaca.
HapusIya salut banget, kalau aku dulu seumur Ayana mau jajan apa pas istirahat sekolah masih bingung memutuskan sampe waktunya habis baru buru-buru jajan 😂
Awalnya gak tau Ayana ini siapa...tau2 suka lihat di iklan TV nya Wardah kosmetik. Baca postingan ini sedikit demi sedikit jadi tau siapa dia. Terima kasih review bukunya ya :)
BalasHapus