[Review] "The Dragon Republic": Ketika Perang Belum Usai

"Setidaknya, menurutku seharusnya begitu. Semua orang seharusnya membenci perang, kalau tidak, ada yang tidak beres pada diri kita. Benar, kan? Tapi aku seorang prajurit. Aku cuma tahu bagaimana menjadi prajurit. Jadi bukankah itu yang seharusnya aku lakukan? Maksudku, kadang aku berpikir mungkin aku bisa berhenti, mungkin aku bisa lari saja. Tapi apa yang telah kusaksikan—apa yang telah kulakukan—aku tidak bisa pulih dari semuanya itu."

Beli buku di
Gramedia.com | Shopee

Masih ingat Rin, si gadis yatim piatu yang berhasil masuk akademi militer bergengsi Sinegard dan menjadi pahlawan perang? Nah, di "Republik Naga" ini, Rin kembali, tapi hidupnya berantakan. Dia kecanduan opium, dihantui mimpi buruk, dan merasa bersalah atas kematian teman-temannya.

Sinopsis The Dragon Republic

Setelah menyaksikan pengkhianatan Maharani dan kehancuran negaranya, Nikan, Rin bersumpah untuk membalas dendam. Ia bergabung dengan Vaisra, Panglima Perang Naga, yang memiliki ambisi untuk menggulingkan Maharani dan mendirikan republik baru.

Bersama Vaisra, Rin terlibat dalam perang saudara yang brutal. Ia menggunakan kekuatan sihirnya untuk mengalahkan musuh-musuhnya, namun seiring berjalannya waktu, ia mulai meragukan tujuan dan metode yang digunakan oleh Vaisra. Rin menyadari bahwa perang tidak hanya menghancurkan musuh, tetapi juga dirinya sendiri.

Di tengah konflik yang semakin memanas, Rin harus membuat keputusan-keputusan sulit. Ia harus memilih antara balas dendam, kesetiaan kepada teman-temannya, dan tanggung jawabnya sebagai seorang pemimpin.

"Tidak penting apa yang kauinginkan. Apa kau tidak mengerti itu? Kau makhluk terkuat di dunia saat ini kamu memiliki kemampuan yang bisa memulai atau mengakhiri perang. Kau bisa membawa kekaisaran ini ke era baru dan bersatu yang penuh kejayaan, dan kau juga bisa menghancurkan kita. Yang tidak bisa kau lakukan adalah tetap bersikap netral. Saat orang punya kekuatan seperti yang kau miliki sekarang, hidupnya sudah bukan lagi miliknya."

Ulasan The Dragon Republic

Perang mungkin telah usai, tetapi luka dan perjuangan belum berakhir. R.F. Kuang kembali membawa kita ke dunia Nikan yang penuh intrik dan sihir dalam "The Dragon Republic" sekuel yang ditunggu-tunggu dari trilogi "The Poppy War". Kali ini, kita mengikuti Rin, sang pahlawan perang yang kini terjerumus dalam dunia kelam opium dan trauma. Di tengah kekacauan politik dan ancaman baru dari Barat, Rin harus menemukan kembali tujuannya dan memilih jalan yang akan menentukan nasib negerinya.

"The Dragon Republic" bukan sekadar kelanjutan cerita, melainkan sebuah eksplorasi mendalam tentang konsekuensi perang, perjuangan melawan trauma, dan kompleksitas moral dalam dunia yang penuh abu-abu. Kuang dengan mahir menggabungkan aksi yang mendebarkan, intrik politik yang rumit, dan perkembangan karakter yang menyentuh hati, menciptakan sebuah kisah epik yang akan membekas di benak pembaca.

Dunia yang Kaya dan Berkembang

Kuang membangun dunia fantasi yang detail dan imersif, dengan sistem sihir yang unik, sejarah yang mendalam, dan berbagai budaya yang berbeda. Dalam "The Dragon Republic", dunia ini semakin diperluas dengan pengenalan negara-negara baru dan teknologi yang lebih maju.

Perkembangan Karakter yang Kompleks

Karakter utama, Rin, mengalami perkembangan yang sangat menarik di seri ini. Dia harus bergulat dengan trauma, kecanduan, dan rasa bersalah, sambil mencoba menemukan tempatnya di dunia yang kacau.

Selain Rin, karakter Nezha yang merupakan mantan musuh bebuyutan Rin ini kini menjadi sekutu yang rapuh. Kita melihat sisi lain dari Nezha, yang ternyata menyimpan luka dan kerentanan di balik sikap dinginnya. Hubungannya dengan Rin yang penuh konflik dan ketegangan menjadi salah satu daya tarik novel ini.

Kitay, sahabat setia Rin juga harus berhadapan dengan kenyataan pahit tentang korupsi dan ketidakadilan di pemerintahan baru. Kita melihat Kitay berjuang mempertahankan idealismenya sambil mencoba beradaptasi dengan dunia politik yang kejam.

Selain karakter-karakter utama, perkembangan karakter-karakter lain menambah kedalaman dan kompleksitas cerita "Republik Naga". Kita melihat mereka berjuang dengan konflik internal, membuat pilihan sulit, dan tumbuh sebagai individu di tengah kekacauan. Hal ini membuat pembaca semakin terlibat secara emosional dengan kisah mereka dan dunia Nikan yang penuh tantangan.

Eksplorasi Tema yang Mendalam

Novel ini mengeksplorasi tema-tema seperti perang, trauma, kolonialisme, dan identitas dengan cara yang bernuansa dan provokatif. Kuang tidak takut untuk mengangkat isu-isu yang sulit, dan dia melakukannya dengan cara yang membuat pembaca berpikir.

Bagian Paling Menarik: Aksi, Intrik, dan Konflik Batin

"The Dragon Republic" ini penuh aksi seru, mulai dari pertempuran laut yang menegangkan sampai duel-duel shaman yang bikin merinding. Tapi, yang paling saya suka adalah konflik batin Rin. Dia harus memilih antara kesetiaan pada teman-temannya, idealismenya, dan ambisinya untuk balas dendam. Belum lagi, dia harus berjuang melawan kecanduan opium dan trauma masa lalu.

"Itulah bagian yang membuat frustasi. Kau tahu satu hal yang disepakati semua ahli strategi hebat? Sebenarnya tidak penting jumlah pasukan yang kita punya. Tidak penting sebagus apa model kita, atau febrilian apa strategi kita. Dunia ini kacau dan perang pada dasarnya tidak bisa diprediksi, sehingga pada akhirnya kita tidak tahu siapa yang akan menang. Kita tidak tahu apa-apa saat terjun dalam perang. Kita hanya tahu apa yang dipertaruhkan."

Bacaan Wajib Buat Penggemar Fantasi Epik

"The Dragon Republic" ini bukan sekadar novel fantasi biasa. Kuang berhasil menciptakan dunia yang kaya dan kompleks, dengan karakter-karakter yang kuat dan cerita yang penuh intrik. Setelah mulai membaca, kalian bakal susah berhenti kalau belum sampai halaman terakhir.

P.S.: Buat yang belum baca "Poppy War", buruan baca dulu, ya! "Republik Naga" ini kelanjutannya, jadi bakal lebih seru kalau kalian udah kenal Rin dan teman-temannya.

Identitas Buku 

  • Judul Asli : The Dragon Republic
  • Seri                  : The Poppy War #2
  • Penulis : R. F. Kuang
  • Penerjemah     : Angelic Zaizai
  • Penyunting : Meggy Soedjatmiko
  • Desain Sampul : David Ardinaryas Lojaya
  • Penerbit           : GPU
  • Terbit                : November 2020
  • Tebal                 : 656 hlm.

Posting Komentar

Hai, terimakasih telah berkunjung. Silakan berkomentar yang sopan.