Kematian adalah kepastian, ada yang membiarkan kedatangannya menjadi misteri, ada yang menjemputnya dengan paksa.
Beli buku Perempuan yang Menangis Kepada Bulan Hitam di Gramedia / Shopee
Sinopsis
Magi Diela, seorang gadis muda dari Sumba yang memiliki impian besar untuk memajukan pertanian di kampung halamannya. Namun, impiannya hancur berkeping-keping ketika ia menjadi korban kawin tangkap, sebuah tradisi yang masih mengakar kuat di masyarakat Sumba. Magi diculik dan dipaksa menikah dengan Leba Ali, seorang pria tua yang sudah beristri.
Magi berusaha melawan dengan segala cara, bahkan sampai melukai dirinya sendiri. Namun, perlawanannya sia-sia. Ia dianggap telah membawa aib bagi keluarganya, dan mereka tetap ingin menyerahkannya kepada Leba Ali. Dalam keputusasaan, Magi melarikan diri dari kampung halamannya dengan bantuan sahabatnya, Dangu Toda, dan organisasi Gema Perempuan.
Di Kupang, Magi mencoba membangun kembali hidupnya. Ia berusaha melupakan masa lalu yang kelam dan mengejar kembali impian-impiannya. Namun, bayang-bayang trauma terus menghantuinya. Ia merasa terjebak dalam lingkaran kekerasan dan ketidakadilan yang seolah tak berujung.
Ulasan
"Perempuan yang Menangis Kepada Bulan Hitam" bukanlah sekadar novel, melainkan sebuah jeritan hati yang menggema dari pelosok Sumba. Kisah Magi Diela, seorang gadis yang dirampas haknya oleh tradisi kawin tangkap, mengajak kita menyelami realitas pahit yang masih membelenggu perempuan di beberapa daerah di Indonesia.
Melalui bahasa yang lugas namun menyentuh, novel ini menguak tabir kelam tentang kekerasan, ketidakadilan, dan perjuangan seorang perempuan untuk menemukan kembali jati dirinya.
Latar Belakang Budaya yang Kaya
Novel ini mengambil latar belakang budaya Sumba yang kaya dan unik. Penulis berhasil menggambarkan tradisi, adat istiadat, dan kehidupan masyarakat Sumba dengan detail dan hidup. Hal ini memberikan warna tersendiri pada cerita dan memperkaya pengalaman membaca.
Karakter Utama yang Kuat dan Inspiratif
Magi Diela, tokoh utama dalam novel ini, digambarkan sebagai sosok perempuan yang kuat dan inspiratif. Meskipun menjadi korban kawin tangkap, ia tidak menyerah pada keadaan. Ia berani melawan tradisi yang menindasnya dan memperjuangkan haknya sebagai perempuan.
Alur Cerita yang Menarik
Meskipun mengangkat tema yang berat, novel ini memiliki alur cerita yang menarik dan tidak membosankan. Pembaca akan terus dibuat penasaran dengan nasib Magi Diela dan bagaimana ia menghadapi tantangan-tantangan dalam hidupnya.
Budaya mengambil perempuan secara paksa seolah-olah mereka adalah barang yang bisa dibawa ke sana kemari tanpa ditanyakan keinginannya. Tidak banyak yang berubah di kampungnya dan Magi merasa berlari sendiri.
Cerminan Realitas Getir
"Perempuan yang Menangis Kepada Bulan Hitam" bukan sekadar novel, melainkan sebuah cermin yang memantulkan realitas getir yang masih dihadapi banyak perempuan di Indonesia. Melalui kisah Magi Diela, kita diajak untuk melihat, merasakan, dan memahami perjuangan mereka melawan tradisi yang menindas.
Novel ini adalah seruan untuk perubahan, pengingat bahwa setiap individu berhak atas kebebasan dan martabatnya. Sebuah bacaan yang wajib untuk membuka mata dan hati kita akan pentingnya kesetaraan gender dan keadilan sosial.
Meski mengangkat tema yang berat, novel ini tetap memikat dengan karakter yang kuat, latar budaya yang kaya, dan pesan moral yang mendalam. Namun, perlu diingat bahwa novel ini mengandung konten yang dapat memicu emosi dan trauma, sehingga pembaca perlu mempertimbangkan kesiapan mental sebelum menyelaminya.
Kisah perempuan lain masih mungkin akan diukir dengan tinta darah, selama pendewaan terhadap adat mengalahkan logika dan kemanusiaan.
Identitas Buku
- Judul : Perempuan yang Menangis Kepada Bulan Hitam
- Penulis : Dian Purnomo
- Penyunting : Ruth Priscilla Angelina
- Penyelia Naskah : Karina Anjani
- Desain Sampul : Bella Ansori
- Foto : Dian Purnomo, Ilham Octaperdana
- Penata Letak : Bayu Deden Priana
- Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
- Terbit : November 2020
- Tebal : 320 hlm.
Posting Komentar
Posting Komentar