"Aku tidak mengatakan aku menyesal melakukan operasi rahang. Itu adalah titik balik dalam hidupku. Aku juga tidak mengatakan itu tidak akan mengubah hidupmu—bahkan, itu pasti akan mengubah hidupmu. Tapi aku masih tidak bisa berkata aku merekomendasikannya." - Kyuri
Beli buku Wajahku Bukanlah Takdirku (If I Had You Face) di di sini / di sini
"Cantik itu sakit, mahal pula!" Begitulah kira-kira yang ada di benak para tokoh di novel ini. "Wajahku Bukanlah Takdirku" adalah novel debut dari Frances Cha yang berkisah tentang kehidupan empat perempuan muda di Seoul, Korea Selatan, yang terobsesi dengan kecantikan fisik.
Sinopsis buku Wajahku Bukanlah Takdirku (If I Had You Face)
"Wajahku Bukanlah Takdirku" mengantarkan pembaca pada realita kehidupan di Seoul, Korea Selatan, yang gemerlap namun sarat akan tekanan sosial. Novel ini mengisahkan empat perempuan muda dengan latar belakang dan ambisi berbeda, yang terikat dalam pusaran obsesi terhadap kecantikan fisik.
Kyuri, seorang gadis room salon, memiliki tekad kuat untuk mengubah nasibnya. Ia percaya bahwa kunci menuju kehidupan yang lebih baik adalah dengan memiliki wajah yang "sempurna". Demi mencapai tujuannya, ia rela menjalani serangkaian prosedur operasi plastik yang menyakitkan dan berisiko. Namun, perjalanan Kyuri justru membawanya pada realisasi bahwa kecantikan fisik tidak menjamin kebahagiaan.
Miho, seorang seniman tato berbakat, menentang standar kecantikan konvensional. Ia menghiasi tubuhnya dengan tato sebagai bentuk ekspresi diri. Miho jatuh cinta pada Wook, pria dari keluarga kaya raya. Hubungan mereka dihadapkan pada rintangan perbedaan kelas sosial dan pandangan yang berseberangan tentang kecantikan.
Sujin, sahabat Ara, terobsesi dengan kemewahan dan gaya hidup glamor para gadis room salon. Ia ingin mengikuti jejak Kyuri demi mendapatkan uang dengan cepat. Namun, Sujin tidak menyadari bahwa dunia yang ia impikan penuh dengan kegelapan dan bahaya.
Ara, seorang penata rambut yang bisu, memiliki dunia sendiri. Ia mengamati kehidupan orang-orang di sekitarnya dengan tajam. Ara mengagumi seorang idol K-Pop dan menemukan ketenangan dalam dunia fantasi yang ia ciptakan.
Melalui kisah keempat perempuan ini, Frances Cha dengan cermat menggambarkan kompleksitas standar kecantikan di Korea Selatan. Novel ini mengungkapkan tekanan sosial yang dihadapi perempuan, obsesi terhadap operasi plastik, serta perjuangan mereka untuk menemukan jati diri dan kebahagiaan sejati di tengah masyarakat yang menilai mereka berdasarkan penampilan fisik.
"Terkadang kupikir, mungkin lebih baik dilahirkan jelek. Setidaknya orang-orang tidak akan berekspektasi apa pun darimu." - Kyuri
Ulasan buku Wajahku Bukanlah Takdirku (If I Had You Face)
Seoul, kota metropolitan yang gemerlap dengan gemerlap K-Pop dan kecanggihan teknologinya, menyimpan sisi lain yang tak kalah menarik untuk diungkap. Frances Cha, dalam novel debutnya "Wajahku Bukanlah Takdirku", mengajak kita menyelami kehidupan empat perempuan muda di tengah hiruk pikuk kota Seoul, yang terjebak dalam pusaran obsesi terhadap kecantikan dan standar sosial yang menuntut kesempurnaan.
Melalui kisah Kyuri, Miho, Sujin, dan Ara, Cha dengan cermat merangkai narasi yang mengungkapkan kompleksitas standar kecantikan di Korea Selatan, tekanan sosial yang dihadapi perempuan, dan perjuangan mereka dalam menemukan jati diri dan kebahagiaan. "Wajahku Bukanlah Takdirku" bukanlah sekadar novel tentang operasi plastik, melainkan sebuah refleksi tentang arti kecantikan sejati, identitas, dan persahabatan di tengah masyarakat yang menilai individu berdasarkan penampilan fisik.
"Aku tidak pernah meminta untuk dilahirkan di dunia di mana penampilan fisik adalah segalanya. Tapi di sinilah aku, berusaha untuk bertahan hidup." - Sujin
Penggambaran Realistis tentang Operasi Plastik
Novel ini tidak hanya mengglamor operasi plastik, tetapi juga menunjukkan sisi gelapnya. "Wajahku Bukanlah Takdirku" menggambarkan dengan detail rasa sakit dan penderitaan yang harus dijalani oleh para tokoh setelah menjalani operasi plastik. Kyuri, misalnya, harus menahan rasa sakit yang luar biasa selama masa pemulihan setelah operasi rahang. Ia juga mengalami kesulitan dalam makan dan berbicara.
Operasi plastik merupakan sebuah prosedur dengan biaya yang mahal. Dalam novel ini, ditunjukkan bahwa para tokoh harus mengeluarkan banyak uang untuk menjalani operasi plastik. Sujin, misalnya, harus menabung selama bertahun-tahun untuk dapat menjalani operasi kelopak mata.
"Kau tahu, operasi plastik itu seperti judi. Kau mempertaruhkan uang, rasa sakit, dan bahkan dirimu sendiri, dengan harapan mendapatkan hasil yang lebih baik. Tapi terkadang, kau justru kehilangan segalanya." - Kyuri
Selain itu operasi plastik juga memiliki risiko dan komplikasi yang dapat terjadi. Dalam novel, Sujin mengalami komplikasi setelah operasi kelopak mata, di mana kelopak mata kanannya dijahit terlalu tinggi sehingga membuat matanya menjadi sipit.
Meskipun telah menjalani operasi plastik, para tokoh dalam novel ini terkadang masih merasa tidak puas dengan hasilnya. Selain tidak puas, mereka juga menunjukkan dampak psikologis dari operasi plastik yang mereka lakukan. Para tokoh dalam novel ini mengalami berbagai macam emosi setelah menjalani operasi plastik, seperti kecemasan, depresi, dan gangguan citra diri.
Karakter yang Kuat dan Mudah Terhubung dengan Pembaca
Frances Cha dengan apik menghidupkan karakter-karakter dalam "Wajahku Bukanlah Takdirku", membuat mereka terasa nyata dan mudah dihubungkan oleh pembaca. Berikut beberapa poin yang menunjukkan kekuatan dan relatability karakter-karakter tersebut:
1. Kompleksitas dan Kedalaman Emosi
- Kyuri: Meskipun terobsesi dengan kecantikan, Kyuri bukanlah karakter yang dangkal. Ia memiliki kerentanan dan ketakutan yang manusiawi, seperti rasa tidak aman dan keinginan untuk dicintai. Perjuangannya untuk menerima dirinya sendiri membuatnya menjadi karakter yang kompleks dan relatable.
- Miho: Sebagai seorang seniman tato yang menentang standar kecantikan konvensional, Miho memiliki semangat yang bebas dan pemberani. Namun, ia juga memiliki luka masa lalu dan ketakutan akan penolakan. Konflik batinnya antara keinginan untuk mencintai dan dicintai membuatnya menjadi karakter yang menarik.
- Sujin: Meskipun terlihat keras kepala dan materialistis, Sujin sebenarnya adalah sosok yang rapuh dan ingin diterima. Ia mendambakan kehidupan yang lebih baik dan berusaha mencapainya dengan cara apa pun. Keinginannya untuk keluar dari kemiskinan dan mencari jati diri membuatnya relatable bagi banyak pembaca.
- Ara: Sebagai seorang tunawicara, Ara adalah karakter yang paling unik dalam novel ini. Ia memiliki kepekaan dan empati yang tinggi, serta kemampuan untuk melihat dunia dari perspektif yang berbeda. Perjuangannya untuk menemukan suara dan tempatnya di dunia membuatnya menjadi karakter yang inspiratif.
2. Perjuangan dan Keinginan yang Universal
Meskipun berlatar belakang budaya Korea Selatan, perjuangan dan keinginan para tokoh dalam novel ini bersifat universal. Mereka berjuang dengan isu-isu seperti cinta, persahabatan, keluarga, dan pencarian jati diri. Hal ini membuat karakter-karakter tersebut mudah dipahami dan dihubungkan oleh pembaca dari berbagai latar belakang.
3. Perkembangan Karakter yang Realistis
Seiring berjalannya cerita, para tokoh mengalami perkembangan karakter yang realistis. Mereka belajar dari kesalahan, menghadapi ketakutan mereka, dan tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Perkembangan karakter yang terasa alami ini semakin menambah relatability mereka.
Dengan menciptakan karakter-karakter yang kuat, kompleks, dan relatable, Frances Cha berhasil menghidupkan cerita dalam novel "Wajahku Bukanlah Takdirku" dan membuatnya beresonansi dengan pembaca.
"Aku dulu berpikir bahwa jika aku bisa mengubah wajahku, aku bisa mengubah hidupku. Tapi ternyata, mengubah wajah itu mudah. Mengubah hidup, itu yang sulit." - Kyuri
Membangun Ketegangan dan Misteri dengan Alur Maju Mundur
Dengan teknik alur maju mundur, Cha membangun ketegangan dan misteri dengan menyajikan cuplikan-cuplikan masa lalu para tokoh, yang tentunya membuat pembaca penasaran akan kelanjutan cerita.
Kilasan masa lalu para tokoh memberikan wawasan yang lebih dalam tentang motivasi, ketakutan, dan impian mereka, sehingga karakter-karakter tersebut menjadi lebih berdimensi.
Dengan membandingkan masa lalu dan masa kini para tokoh, pembaca dapat melihat perkembangan karakter mereka seiring berjalannya waktu.
Meskipun mungkin sedikit membingungkan pada awalnya, alur maju mundur dalam "Wajahku Bukanlah Takdirku" efektif dalam menciptakan cerita yang kompleks, menarik, dan berkesan. Penggunaan setting yang unik dan teknik alur yang maju mundur ini menambah keunikan novel "Wajahku Bukanlah Takdirku" dan membuatnya berbeda dari novel-novel lain dengan tema yang sama.
Setting yang Unik dan Detail
Seoul menjadi lebih dari sekadar latar belakang dalam novel ini. Dan Frances Cha berhasil menghidupkan kota ini dengan detail-detail yang memikat, sehingga pembaca seolah-olah merasakan sendiri atmosfernya.
Sebagai distrik mewah di Seoul, Gangnam menjadi representasi dari gaya hidup glamor dan obsesi terhadap kecantikan yang diangkat dalam novel. Cha dengan detail menggambarkan salon-salon kecantikan, klinik operasi plastik, dan tempat-tempat hiburan malam yang mewarnai kehidupan para tokoh.
Kontras dengan kemewahan Gangnam, para tokoh tinggal di apartemen kecil yang sesak, menggambarkan realitas kehidupan masyarakat kelas menengah di Seoul.
"Di Seoul, waktu bergerak dengan kecepatan yang berbeda. Seolah-olah semua orang berlomba untuk mencapai sesuatu, tapi tak seorang pun tahu apa yang sebenarnya mereka kejar." - Sujin
Novel dengan Pesan Universal
"Mereka bilang kecantikan itu ada di mata yang memandang. Tapi di Korea, semua orang sepertinya punya standar kecantikan yang sama." - Miho
"Wajahku Bukanlah Takdirku" adalah novel yang menarik, relevan, dan layak dibaca oleh siapa pun yang tertarik dengan isu-isu sosial kontemporer, khususnya yang berkaitan dengan standar kecantikan dan tekanan sosial terhadap perempuan.
Frances Cha berhasil merangkai sebuah cerita yang menghibur sekaligus menggugah pikiran, dengan karakter-karakter yang kuat dan alur yang menarik. Novel ini cocok bagi para pembaca muda, khususnya yang menyukai cerita-cerita dengan latar belakang Korea Selatan dan tema-tema yang dekat dengan kehidupan sehari-hari.
Meskipun berfokus pada kehidupan perempuan di Seoul, pesan-pesan universal tentang penerimaan diri, persahabatan, dan pencarian jati diri dalam novel ini mampu menjangkau pembaca dari berbagai latar belakang.
"Mungkin kecantikan yang sesungguhnya bukanlah tentang wajah yang sempurna, tapi tentang hati yang damai." - Ara
Identitas Buku
- Judul : Wajahku Bukanlah Takdirku
- Judul Asli : If I Had Your Face
- Penulis : Frances Cha
- Penerjemah : Dharmawati
- Penyunting : Anastasia Mustika W.
- Desain Sampul : Martin Dima
- Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
- Terbit : 2023
- Tebal : 340 hlm.
Posting Komentar
Posting Komentar