[Review] Yellowface: Ketika Ambisi Menjadi Obsesi yang Mematikan

Tidak semua orang bisa menjadi penulis bestseller dalam semalam. Bagi sebagian dari kami, butuh bertahun-tahun kerja keras dan berharap serta bermimpi.

Beli buku Yellowface di sini / di sini

Kalian pernah nggak sih, ngerasa iri banget sama temen sendiri? Iri karena dia lebih sukses, lebih banyak temennya, atau karyanya lebih diakui? Nah, novel "Yellowface" karya R.F. Kuang ini bakal ngebawa kita menyelami sisi gelap dari persaingan dan ambisi di dunia kepenulisan.

Sinopsis Novel Yellowface

June Hayward, seorang penulis yang karyanya biasa-biasa saja, diam-diam menyimpan rasa iri yang mendalam terhadap Athena Liu, teman penulisnya yang berdarah Asia-Amerika. Athena adalah sosok yang seolah memiliki segalanya: kecantikan, talenta, dan kesuksesan. Novelnya selalu menjadi bestseller, sementara June harus berjuang keras untuk sekadar dilirik penerbit.

Suatu hari, tragedi terjadi. Athena meninggal secara mendadak. Di tengah kesedihan dan keterkejutannya, June menemukan naskah terbaru Athena yang belum sempat diterbitkan. Ambisi dan rasa iri yang selama ini dipendam June pun mengusiknya. Ia melihat peluang emas untuk meraih kesuksesan yang selama ini diidam-idamkan.

Bagaimana rasanya menjadi dirimu? Apa rasanya menjadi begitu sempurna, memiliki segala yang bagus di dunia?

Dalam sebuah tindakan nekat yang dipicu oleh keputusasaan, June mencuri naskah Athena dan menerbitkannya dengan nama samaran. Tak hanya itu, ia juga "meminjam" identitas Athena sebagai penulis Asia-Amerika, mengingat pasar sastra saat itu sedang menggandrungi karya-karya dengan keragaman.

Berkat naskah curian dan identitas palsunya, June akhirnya meraih kesuksesan yang selama ini ia impikan. Ia menjadi penulis terkenal, diundang ke berbagai acara sastra, dan dipuji sebagai suara baru yang mewakili kaum minoritas.

Namun, kebohongan June semakin besar dan sulit dikendalikan. Ia harus terus berpura-pura menjadi orang lain, menghindari kecurigaan, dan menjaga rahasianya agar tidak terbongkar. Tekanan dan ketakutan terus menghantuinya, membuatnya terjebak dalam permainan berbahaya yang ia ciptakan sendiri.

Akankah June berhasil mempertahankan kebohongannya? Atau akankah rahasianya terbongkar dan menghancurkan hidupnya? "Yellowface" akan membawa kita menyelami dunia June yang penuh intrik, ketegangan, dan konsekuensi dari ambisi yang tak terkendali.

Menulis adalah kegiatan yang paling mirip dengan ilmu sihir. Menulis adalah menciptakan sesuatu dari ketiadaan, membuka pintu ke dunia-dunia lain.

Ulasan Novel Yellowface

Bayangkan kamu seorang penulis yang berjuang untuk diakui, sementara temanmu dengan mudahnya meraih kesuksesan. Rasa iri itu manusiawi, kan? Tapi bagaimana jika iri hati berubah menjadi obsesi yang mendorongmu melakukan tindakan nekat? R.F. Kuang dengan brilian mengeksplorasi sisi gelap ambisi manusia dalam novel thriller psikologisnya, "Yellowface", yang dijamin bikin kamu merinding sekaligus nggak bisa berhenti baca!

Novel ini nggak cuma menyajikan plot twist yang bikin jantung berdebar, tapi juga kritik sosial yang tajam tentang dunia sastra, standar kecantikan, dan isu rasial. Siap-siap masuk ke dunia June Hayward, seorang penulis yang terobsesi dengan kesuksesan dan terjerumus dalam permainan berbahaya yang ia ciptakan sendiri.

Tema yang Sangat Relevan dengan Isu-Isu Kontemporer

"Yellowface" mengangkat tema pencurian karya dan identitas yang sangat relevan dengan isu-isu kontemporer. R.F. Kuang dengan cerdas mengeksplorasi bagaimana ambisi dan kecemburuan dapat mendorong seseorang untuk melakukan tindakan ekstrem seperti mencuri karya dan "meminjam" identitas orang lain. 

June Hayward, tokoh utama dalam novel ini, mencuri naskah almarhum temannya, Athena Liu, dan menerbitkannya dengan nama samaran. Ia juga mengeksploitasi identitas Athena sebagai penulis Asia-Amerika untuk mendapatkan pengakuan dan kesuksesan di dunia sastra. Tema ini menimbulkan pertanyaan etis yang mendalam tentang hak cipta, apresiasi budaya, dan otentitas dalam berkarya.

Alur Cerita yang Penuh Ketegangan

Salah satu hal yang paling menonjol dari "Yellowface" adalah alur ceritanya yang penuh ketegangan. R.F. Kuang benar-benar jago meracik plot yang bikin pembaca deg-degan dan penasaran. Sejak awal, kita udah diajak masuk ke dalam pikiran June yang penuh konflik dan kegelisahan. Ia terus-menerus dihantui rasa takut kebohongannya terbongkar, sementara di sisi lain, ia juga harus menjaga popularitasnya sebagai penulis. Setiap kali June seolah lolos dari bahaya, selalu ada rintangan baru yang muncul, membuat ketegangan semakin memuncak. Kita seolah dipaksa ikut bermain petak umpet bersama June, menghindari kecurigaan dan menjaga rahasianya agar tidak terbongkar.

Ketegangan dalam novel ini juga dibangun melalui konflik internal yang dialami June. Ia harus berhadapan dengan rasa bersalah, penyesalan, dan ketakutan yang terus menghantuinya. Di satu sisi, ia menikmati kesuksesan yang diraihnya, namun di sisi lain, ia juga sadar bahwa semuanya dibangun di atas kebohongan. Pergolakan batin June ini digambarkan dengan sangat apik oleh R.F. Kuang, membuat kita ikut merasakan konflik dan ketegangan yang dialaminya. "Yellowface" benar-benar novel yang susah diletakkan sebelum mencapai halaman terakhir!

Barangkali tidak ada yang tahan berteman dengan Athena karena merasa selalu gagal bersaing dengannya. Barangkali aku ada di sini karena aku begitu menyedihkan.

Kritik Pedas buat Dunia Sastra

"Yellowface" nggak cuma sekadar cerita thriller yang menegangkan, tapi juga menyajikan kritik pedas tentang dunia sastra yang jarang diungkap. R.F. Kuang, dengan cerdas dan berani, membuka tabir gelap industri penerbitan yang penuh dengan persaingan tidak sehat, standar ganda, dan bias rasial. Lewat kisah June Hayward, kita diperlihatkan bagaimana penulis kulit putih sering kali mendapatkan privilege lebih dibandingkan penulis kulit berwarna. June, yang sebelumnya kesulitan menembus pasar sastra, tiba-tiba menjadi pusat perhatian setelah "mencuri" identitas Asia-Amerika. Hal ini menunjukkan betapa besar pengaruh isu representasi dalam dunia penerbitan, yang sayangnya seringkali dieksploitasi demi keuntungan semata.

Novel ini juga menyindir standar kecantikan yang berlaku di industri sastra. June merasa dirinya "kurang menarik" dibandingkan Athena yang cantik dan karismatik. Ia percaya bahwa penampilan fisik mempengaruhi kesuksesan seorang penulis, sebuah kenyataan pahit yang sayangnya masih relevan hingga saat ini. "Yellowface" dengan tajam mengkritik obsesi terhadap penampilan dan bagaimana hal itu dapat mempengaruhi persepsi orang terhadap sebuah karya sastra. Melalui satire yang cerdas dan menggelitik, R.F. Kuang menyentil praktik-praktik kotor dalam industri penerbitan dan mengundang kita untuk berpikir kritis tentang dunia sastra yang selama ini kita kenal.

Dunia sastra itu kecil dan penuh dengan ular.

Karakter yang Kompleks dan Multidimensi

June Hayward, tokoh utama dalam "Yellowface", bukanlah karakter yang mudah disukai. Dia egois, ambisius, dan rela melakukan apa saja demi mencapai kesuksesan, bahkan mencuri karya dan identitas orang lain. Namun, R.F. Kuang dengan brilian menciptakan karakter yang kompleks dan multidimensi. Di balik sifat-sifat negatifnya, June juga manusia biasa yang merasa rapuh, insecure, dan mendambakan pengakuan. Kita bisa merasakan pergolakan batinnya, konflik moral yang dialaminya, dan ketakutan yang terus menghantuinya. Kompleksitas karakter June inilah yang membuat "Yellowface" begitu menarik. Kita dipaksa untuk melihat dunia dari sudut pandangnya, memahami motif di balik tindakannya, dan mungkin, sedikit bersimpati padanya.

Meskipun perbuatannya tidak bisa dibenarkan, kita tetap bisa melihat sisi manusiawi June. Ia merupakan cerminan dari kegelisahan dan ambisi yang ada dalam diri kita semua. R.F. Kuang berhasil menghidupkan karakter June dengan segala kekurangan dan kelebihannya, membuatnya relatable meskipun kita tidak setuju dengan tindakannya. "Yellowface" mengajak kita untuk berefleksi tentang diri sendiri dan orang-orang di sekitar kita, tentang bagaimana ambisi dan keinginan untuk diakui dapat mengendalikan hidup seseorang.

Begitu kita menulis untuk pasar, tidak penting lagi cerita apa yang membakar sanubari kita. Yang terutama adalah apa yang ingin dilihat pembaca, dan tidak ada yang peduli pada inspirasi gadis heteroseksual kulit putih biasa-biasa saja dari Philly.

Gaya Penulisan yang Kuat

R.F. Kuang nggak main-main dalam hal gaya penulisan. Di "Yellowface", ia menggunakan bahasa yang lugas, tajam, dan penuh humor gelap. Nggak ada basa-basi atau kalimat berbunga-bunga yang bikin bosan. Kuang langsung menyeret kita masuk ke dalam cerita dan membuat kita merasakan setiap emosi, ketegangan, dan konflik yang dialami tokoh-tokohnya. Gaya penulisannya yang apa adanya ini bikin "Yellowface" mudah dibaca dan sulit dilupakan. Kita seolah bisa mendengar suara June yang sarkastik dan jujur tentang pikiran serta perasaannya.

Selain itu, Kuang juga piawai dalam menggunakan satire untuk mengkritik dunia sastra dan isu-isu sosial. Humor gelap yang disisipkan di sepanjang cerita bikin kita sering tersenyum kecut, sekaligus merenungkan kebenaran di balik sindiran-sindirannya. Gaya penulisan Kuang yang kuat dan berani inilah yang membuat "Yellowface" begitu memikat dan berbeda dari novel-novel lainnya. Ia berhasil menciptakan pengalaman membaca yang intens, menghibur, dan mengugah pikiran.

Bukan Sekadar Novel Thriller Biasa

"Yellowface" bukan sekadar novel thriller biasa. R.F. Kuang meramu cerita yang menegangkan dengan kritik sosial yang tajam, membuat kita merenungkan arti kesuksesan, etika, dan konsekuensi dari ambisi yang tak terkendali. Novel ini cocok banget buat kamu yang suka bacaan yang mengugah pikiran, penuh intrik, dan bikin gregetan. 

Buat para penulis dan pecinta buku, "Yellowface" wajib masuk daftar bacaan kamu! Selain menghibur, novel ini juga memberikan wawasan tentang dunia penerbitan dan perjuangan para penulis dalam mencari pengakuan. So, tunggu apa lagi? Segera dapatkan "Yellowface" dan siap-siap terhanyut dalam kisah June Hayward yang penuh liku!

Kadang-kadang aku berpikir bahwa satu-satunya alasan aku masih menulis adalah untuk membuktikan sesuatu kepada orang-orang yang tidak peduli padaku.

Identitas Buku

  • Judul: Yellowface
  • Penulis: R. F. Kuang
  • Penerjemah: Poppy D. Chusfani
  • Penyunting: Dini Pandia
  • Desain Sampul: David Ardinaryas Lojaya
  • Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
  • Terbit: 2023
  • Tebal: 336 hlm. 

Posting Komentar

Hai, terimakasih telah berkunjung. Silakan berkomentar yang sopan.