Bahwa dalam pikirannya, setiap orang memiliki planet yang karakteristiknya menggambarkan kepribadian atau kehidupan yang berbeda-beda.
Beli buku Planet Luna di Gramedia / Shopee
Sinopsis Planet Luna
Karena memiliki tubuh yang kecil dan ringkih, sejak SD Luna sering mengalami perundungan dari teman-teman sebayanya. Ia sering diejek dan dikerjai, bahkan jilbabnya pernah terkena jejak tapak sepatu saat pelajaran olahraga, yang tentu saja membuat Bundanya murka terhadap pihak sekolah dan akhirnya memindahkan sekolah Luna di Solo.
Sayangnya meski telah pindah, pengalaman buruk Luna terhadap perundungan yang ia alami tidak hilang begitu saja. Pengalaman itu justru sedikit demi sedikit bertumbuh di planet Luna—membuat planetnya dipenuhi hutan duri raksasa yang memenuhi langit kembang gulanya berubah menjadi warna abu-abu kehitaman—yang terkadang membuat Luna menjadi ketakutan, otot-ototnya serasa terkunci, sesak napas, dan pikiran berkabut hingga ia tidak bisa melakukan apapun saat menghadapi lingkungan baru.
Sejak kepergian Eyang Uti, Luna terpaksa kembali bersekolah di Jakarta. Masuk ke SMA Bomantara dengan ayah yang memiliki jabatan cukup penting di sana, tak serta merta membuat Luna memiliki banyak teman. Meski berusaha setengah mati untuk bergaul dan punya sahabat, Luna tetap saja dijauhi dan dirundung oleh teman-temannya.
Temen itu nggak kayak anak bebek yang bakal ngikutin kita terus seakan-akan kita ini induknya. Mereka juga perlu diperjuangkan.
Berbeda jauh dengan Luna, Nawang adalah sosok perpaduan sempurna atas apa yang tidak pernah Luna miliki. Tetangga sebelah rumah Luna itu selain pintar, baik hati, berprestasi, ia juga memiliki banyak teman. Di manapun Nawang dan F5 (yang terdiri dari Adit, Dayan, Tirta, Rendi, Nina dan Astrid) berada, mereka selalu terlihat kompak dan akrab yang terkadang membuat Luna iri dan antipati terhadap mereka.
Sejak pindah ke sebelah rumah Luna, Nawang sudah mulai menyukainya. Gadis yang selalu tertutup dan pemalu tersebut telah membuat Nawang jatuh hati sejak pertama kali mereka bertemu. Namun Nawang tidak sadar jika eksistensinya membuat Luna tak pernah mau ia dekati.
Meski begitu, Nawang tidak menyerah. Sifatnya yang selalu baik hati dan peduli terhadap siapapun, membuat Nawang merasa harus menemani dan mengerti Luna. Namun kenyataannya, mendekati Luna tak segampang yang ia pikirkan.
Luna selalu merasa dari SD hingga SMA planetnya selalu kosong dan hampa, berbeda jauh dengan planet Nawang yang hangat dan ramai penuh canda tawa bersama teman-temannya. Hingga kemudian Luna berkenalan dan mulai bersahabat dengan Shelia, Tia dan Thalia. Planet Luna yang sebelumnya selalu mendung, akhirnya mulai terlihat cerah dan ceria.
Sayangnya semua itu tak berlangsung lama. Selama ini ternyata Sheila memiliki trauma terhadap keberadaan Nawang dan F5. Padahal Luna baru saja mulai mengenal dan dekat dengan Nawang dan teman-temannya karena kejadian-kejadian tak terduga. Luna bahkan mulai menyukai Nawang.
Planet Luna pun terancam hancur dan menghilang karena diembus badai yang masif.
Hati seseorang bisa patah tidak hanya karena perasaan cinta yang tak terbalas, tetapi juga persahabatan yang rusak.
Ulasan Planet Luna
Perundungan, sebuah masalah yang masih menghantui banyak remaja dari dulu hingga sekarang, menjadi tema sentral dalam novel "Planet Luna". Novel karya Ray Antariksa Yasmine ini tidak hanya sekadar menceritakan kisah seorang korban perundungan, tetapi juga menyoroti dampak psikologis yang mendalam dari tindakan bullying. Dengan gaya bahasa yang ringan dan plot yang menarik, novel ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang pentingnya empati dan dukungan sosial.
Perjalanan Penyembuhan yang Menarik
Plot novel ini dibangun dengan sangat baik, mengikuti perjalanan emosional Luna dalam mengatasi trauma masa lalunya. Cerita dimulai dengan penggambaran kehidupan Luna yang penuh dengan ketakutan dan ketidakamanan. Peralihan dari satu sekolah ke sekolah lainnya menjadi semacam siklus yang berulang, di mana Luna selalu berusaha untuk memulai dari awal namun selalu terjebak dalam pola yang sama.
Alur ceritanya pun mengalir dengan lancar, membawa pembaca mengikuti perjalanan emosional Luna dari satu titik krisis ke titik krisis lainnya. Penggambaran kehidupan sekolah yang penuh intrik dan persaingan membuat cerita semakin menarik. Konflik utama antara keinginan Luna untuk berteman dan trauma masa lalunya menciptakan ketegangan yang membuat pembaca terus penasaran. Puncak cerita adalah saat Luna harus memilih antara mempertahankan persahabatan baru atau kembali ke zona nyamannya, momen tersebut cukup bikin terharu saat membacanya.
Orang yang nge-bully itu harus ditegur, harus dikasih tahu kalo mereka salah. Kalo belum berani ketemu orang dewasa, ya minta bantuan temen-temen dululah.
Lebih dari Sekadar Korban
Karakter-karakter dalam novel "Planet Luna" digambarkan dengan sangat detail dan realistis. Mereka bukan hanya sekadar tokoh dalam sebuah cerita, tetapi juga representasi dari berbagai jenis orang yang ada di sekitar kita. Melalui karakter-karakter ini, penulis berhasil menyampaikan pesan yang mendalam tentang pentingnya persahabatan, penerimaan diri, dan upaya untuk mengatasi trauma masa lalu.
Luna bukanlah sekadar karakter yang pasif menerima perundungan. Ia adalah sosok yang kompleks dengan lapisan emosi yang dalam. Trauma masa lalu telah membentuk sebuah "planet" di dalam dirinya, sebuah dunia yang dipenuhi duri dan kesepian. Namun, di balik kerentanannya, Luna juga memiliki kekuatan yang luar biasa. Ia berusaha keras untuk keluar dari zona nyamannya dan membangun hubungan yang sehat dengan orang lain. Perjuangannya untuk mengatasi trauma dan menemukan jati diri membuat pembaca merasa empati dan terhubung dengannya.
Nawang hadir sebagai kontras yang menarik dengan Luna. Ia adalah sosok yang ceria, populer, dan memiliki banyak teman. Kehadirannya memberikan secercah harapan bagi Luna. Namun, di balik sikapnya yang ceria, Nawang juga memiliki sisi rentan. Nawang memiliki beban keluarga dan harapan kakeknya yang menginginkan ia agar selalu mendapat prestasi yang gemilang. Meski begitu Nawang masih ingin membantu Luna, walaupun terkadang merasa kesulitan untuk memahami apa yang sebenarnya dirasakan oleh Luna. Nawang mengajarkan kita bahwa kebaikan dan empati adalah kekuatan yang luar biasa.
Fiksi Psikologi Remaja yang Menghibur
Novel "Planet Luna" tidak hanya menyajikan kisah fiksi yang menghibur, tetapi juga mengangkat isu-isu sosial yang relevan dengan kehidupan remaja saat ini. Melalui kisah Luna, kita diajak untuk lebih peka terhadap perasaan orang lain dan berani untuk meminta bantuan ketika kita membutuhkannya. Aku sangat merekomendasikan novel ini untuk pembaca remaja yang sedang mencari cerita yang inspiratif dan penuh makna.
Hidup itu nggak cuma soal omongan orang lain tentang kita, atau soal pikiran-pikiran jelek yang ganggu kita tiap hari. Juga bukan soal siapa yang paling beruntung, siapa yang paling sial. Hidup itu juga soal gimana caranya memahami diri kita sendiri dan menerima apa yang Tuhan kasih, as cliché as it sound.
Identitas Buku
- Judul : Planet Luna
- Penulis : Ray Antariksa Yasmine
- Penyunting : Dion Rahman
- Desain Sampul : Aira Rumi
- Penerbit : PT Elex Media Komputindo
- Terbit : Januari 2023
- Tebal : 309 hlm.
Posting Komentar